Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hingga kini belum mendeklarasikan dukungannya kepada Ketua Umum Prabowo Subianto sebagai calon presiden dalam Pilpres 2019. PKS masih mencari peluang berkoalisi dengan partai di luar Gerindra dan mendukung calon lain.
"Dalam politik tidak ada yang pasti. Jadi segala kemungkinan (lain) bisa terjadi," kata Direktur Pencapresan PKS Suhud Alynudin usai bertemu Relawan Selendang Putih Nusantara (RSPN) di kantornya, Jakarta, Kamis (12/4).
Salah satu tokoh yang dipertimbangkan PKS sebagai capres yakni mantan Panglima Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. "Saya kira politik itu dinamis. Kami tidak bisa mengatakan tertutup atau tidak tertutup, tapi peluang (Gatot) selalu ada," kata Suhud.
(Baca juga: Dilobi Relawan, PKS Tampung Usulan Gatot Nurmantyo sebagai Capres 2019)
Padahal, sejak tahun lalu PKS menyatakan berkoalisi dengan Gerindra dalam Pilpres 2019. Gerindra pun telah secara resmi memberikan mandat kepada Prabowo untuk maju sebagai capres dalam Rapat Koordinasi Nasional di Hambalang, Jawa Barat, Rabu (11/4).
Suhud mengatakan, peluang bagi PKS untuk tetap berkoalisi dengan Gerindra akan ditentukan dari komunikasi antarpara pimpinan partai tersebut. Menurut Suhud, jika komunikasi berjalan baik, maka dalam waktu dekat PKS akan mendeklarasikan pengusungan Prabowo sebagai capres.
Namun demikian, PKS tetap membuka komunikasi dengan partai lainnya, seperti Demokrat dan Partai Amanat Nasional. Bila ketiga partai membangun koalisi maka akan memenuhi syarat ambang batas pencalonan dalam Pilpres 2019. Sebagai catatan, dalam pemilihan legislatif 2014, PKS memperoleh suara 6,79%, PAN (7,59%) dan Demokrat (10,19%).
(Baca juga: Beda Sikap soal Cawapres, PKS Klaim Masih Solid dengan Gerindra)
Suhud menyatakan, PKS akan mempertimbangkan pilihan terbaik apakah tetap bersama Gerindra atau membuka poros baru. "Masih ada waktu dua sampai tiga bulan ke depan. Masih dinamis," kata Suhud.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Andre Rosiade mengakui jika memang koalisi antara Gerindra dengan PKS belum selesai dan perlu dimatangkan. Alasannya, Gerindra dan PKS masih belum menyepakati kerangka kerja bersama dan belum memutuskan cawapres yang akan diusung dalam Pilpres 2019.
PKS telah mengajukan sembilan nama kader internal hasil keputusan Majelis Syuro sebagai cawapres Prabowo. Mereka, yakni Hidayat Nur Wahid, M Sohibul Iman, Ahmad Heryawan, Anis Matta, Irwan Prayitno, Salim Segaf Aljufri, Tifatul Sembiring, Muzammil Yusuf dan Mardani Ali Sera.
Sementara itu, Gerindra belum menyepakati nama-nama yang diajukan PKS dan memilih menjaring sosok yang mampu mendongkrak suara Prabowo saat Pilpres. Beberapa orang yang masuk radar Gerindra di antaranya Gatot Nurmantyo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Selain Anies dan Gatot, daftar cawapres yang ditampung Gerindra yakni Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pilkada dan Pilpres Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB).
(Baca juga: Anies dan Gatot Kandidat Cawapres, Gerindra Pantau Elektabilitas)
Ketidaksepakatan kedua partai ini yang membuat Prabowo menunda deklarasi capres karena belum matangnya koalisi antara Gerindra dengan PKS. "Beliau bukan figur yang galau. Beliau hanya tidak mau besar kepala kalau memang koalisi belum diumumkan, dalam arti kata kerangka kerjanya belum disepakati bersama," kata dia.
Andre mengatakan komunikasi antara Gerindra dan PKS terus berjalan dengan baik. Andre mengatakan, Prabowo selama ini pun rutin berkomunikasi dengan Presiden PKS Sohibul Iman dan Ketua Majelis Syuro Salim Segaf Al Jufrie.
Selain itu, para elite PKS sudah kerap kali menyatakan jika mereka siap bersama Gerindra mendukung Prabowo. Karenanya, Andre meyakini jika PKS tak akan beralih dari koalisi dengan Gerindra.
"Insyaallah kami meyakini PKS akan mendukung Pak Prabowo," kata Andre. (Baca juga: Elite Gerindra Tarik Menarik Usung Capres antara Prabowo dan Gatot)