Beberapa waktu terakhir putra sulung presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) gencar mengunjungi para elite-elite politik. Pada Selasa kemarin (6/3), AHY berkunjung menemui Presiden RI Joko Widodo, sebelumnya mengunjungi kediaman Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Kamis (1/3).
AHY pun telah meminta bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang akan diwakilkan dengan anaknya, Prananda Prabowo bersama Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto beberapa waktu ke depan.
AHY yang menjabat Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pilkada dan Pilpres Partai Demokrat, sekaligus Ketua Panitia Rapat Pimpinan Nasional Demokrat pada 10-11 April mendatang, memiliki keleluasaan bertemu para elite politik.
Peneliti dari The Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menyebut safari politik AHY dapat menjadi bekal berlenggang dalam ajang Pilpres 2019.
AHY saat ini merupakan pendatang baru dalam kontestasi politik berskala nasional. Sehingga penting bagi AHY untuk mendapatkan pandangan mengenai isu kebangsaan yang terjadi saat ini dari para elite politik.
"Ini seperti 'sekolah politik' bagi AHY," kata Arya ketika dihubungi Katadata.co.id. (Baca juga: Dekati PDIP, Demokrat Penjajakan Duet Jokowi-AHY di Pilpres 2019)
Dengan mengadakan safari, Arya menilai AHY juga akan dapat mendongkrak popularitasnya karena setiap pertemuannya akan mendapatkan paparan dari media massa.
Menurut Arya, AHY perlu untuk menjaga citranya tetap positif, setelah berbagai survei menjagokan AHY maju dalam cawapres.
Berdasarkan survei terbaru yang dirilis Alvara Research Center pada Jumat (23/2), AHY memiliki elektabilitas paling tinggi dalam kategori cawapres potensial. Sebanyak 17,2% responden memilih AHY maju dalam Pemilu 2019. Posisinya disusul oleh Gatot Nurmantyo (15,2%), Jusuf Kalla (13,1%), Anies Baswedan (9,3%), dan Muhaimin Iskandar (8,9%).
Adapun Indo Barometer dalam survei simulasinya menyebutkan jika Jokowi melawan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, maka AHY diprediksi menjadi sosok paling berpeluang menjadi pendamping Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2019. Sebanyak 38,6% responden akan memilih pasangan Jokowi-AHY jika melawan Prabowo-Anies yang didukung 22,2% responden.
Angka tersebut disusul pasangan Jokowi-Gatot Nurmantyo yang dipilih 38,4% responden ketika melawan Prabowo-Anies yang didukung 22,4% responden. Sementara, Jokowi akan dipilih 37,5% responden jika didampingi Ridwan Kamil ketika melawan Prabowo-Anies yang didukung 22,4% responden.
"Levelnya AHY mulai naik, penting untuk mempertahankan itu," kata Arya. (Baca juga: Simulasi Survei, Jokowi-AHY Berpeluang Kalahkan Prabowo-Anies di 2019)
Arya sendiri menilai peluang AHY untuk maju dalam Pilpres 2019 sangat terbuka. Sebab, AHY dianggap memiliki pasar pemilih yang berbeda dengan kandidat lainnya, yakni kalangan muda.
"Kedua, dia punya Partai Demokrat yang paling enggak punya 10% suara. Di internal juga enggak mungkin diganggu gugat. Kalau partai lain kan masih bisa berubah juga," kata Arya.
Ketua DPP Partai Demokrat Didik Mukriyanto mengakui jika partainya sedang mempersiapkan AHY maju dalam Pilpres 2019. "Kami sangat yakin Mas AHY ini salah satu alternatif yang bisa diusung atau diperhitungkan dalam kompetisi Pilpres ke depan," ujar Didik.
Meski demikian, Didik mengatakan Demokrat tak bisa sendirian mengusung AHY untuk maju dalam Pilpres 2019. Hal ini karena adanya syarat ambang batas presiden (presidential threshold) sebesar 20% kursi DPR, sementara Demokrat baru memiliki 10% kursi.
Karenanya, Demokrat masih terus menjalin komunikasi dengan berbagai partai politik guna menjalin koalisi. Menurut Didik, komunikasi dilakukan agar nantinya koalisi partai dapat memiliki persepsi yang serupa untuk memenangkan Pilpres 2019.
"Komunikasi yang kami bangun itu pada suatu titik tertentu akan membuahkan sebuah kesamaan visi, platform, tujuan. Tidak mungkin kami berkoalisi tanpa ada kesamaan," kata Didik.
Dengan begitu, Didik mengatakan Demokrat masih membuat perhitungan politik apakah AHY akan ditempatkan sebagai capres atau cawapres dalam Pilpres 2019. Menurutnya, perhitungan ini penting untuk mempertimbangkan penerimaan publik.
"Ya kami masih tetap berpikir rasional apakah Mas AHY nanti akan kami usung sebagai capres atau cawapres. Semuanya tergantung hitung-hitungan politik dengan siapa kami berkawan ketika mau mencalonkan," kata Didik.
(Baca juga: Demokrat, PAN, dan PKB Jajaki Poros Ketiga di Pilpres 2019)