Mengaku Salah, Bos Telegram Tawarkan Tiga Solusi Agar Tak Diblokir

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Spanduk kampanye perlawanan terhadap informasi hoax di Ungaran, Jawa Tengah, 4 Februari 2017.
Penulis: Pingit Aria
17/7/2017, 09.37 WIB

Pria Rusia ini menyatakan, setiap bulan Telegram telah memblokir ribuan saluran publik Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dan mempublikasikannya di @isiswatch. "Telegram terenkripsi dan berorientasi pada privasi, tetapi kami bukan teman teroris.," kata Durov.

(Baca: Jokowi Bahas Terorisme dan Transparansi Keuangan di Forum G20)

Ia berharap, Kementerian Komunikasi dan Informatika merespons email Telegram tersebut, sekaligus terus berupaya bersama-sama mencari solusi membasmi propaganda teroris tanpa memblokir Telegram di Indonesia.

Sementara, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan bahwa surat elektronik Telegram telah diterimanya. "Saya mengapresiasi respons dari Pavel Durov,” ujarnya melalui pesan singkat, Senin (17/7).

Hanya, menurutnya blokir Telegram tak bisa dibuka begitu saja. “Kementerian Komunikasi dan Informatika akan menindaklanjuti secepatnya dari sisi teknis lebih detil agar SOP (Standard Operating Procedure) bisa segera diimplementasikan," katanya.

Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokir Telegram. Alasannya, Telegram banyak disalahgunakan untuk penyebaran ajaran radikal yang mengarah kepada terorisme.

Halaman: