PT Pertamina (Persero) mulai membangun fasilitas penunjang Kilang Balongan di Jawa Barat. Investasi senilai Rp 1,79 triliun ini bertujuan mendukung efisiensi proses produksi dan distribusi kilang tersebut.

Pembangunan fasilitas penunjang itu ditandai dengan acara peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Kamis (16/2). Fasilitas itu berupa jaringan pipa bawah laut atau submarine pipe line (SPL) dan single point mooring (SPM). 

“Saya mengapresiasi Pertamina melakukan kemajuan terhadap kilangnya, seperti halnya proyek SPL atau SPM ini,” kata Jonan, yang dalam acara itu didampingi oleh Pelaksana tugas Direktur Utama Pertamina Yenni Andayani, berdasarkan siaran persnya, Kamis (16/2). 

(Baca: Pertamina Targetkan Impor Avtur Turun 60 Persen dari Kilang Balongan)

Dengan adanya fasilitas ini, harapannya efektivitas kegiatan bongkar muat meningkat dan biaya transportasi minyak mentah dapat ditekan karena waktu sandar kapal tangker menjadi lebih singkat. Selain itu, fasilitas SPL dan SPM ini mendukung kegiatan operasional yang ramah lingkungan. 

Proyek ini meliputi pekerjaan offshore (lepas pantai) dan onshore (darat). Pekerjaan offshore meliputi pembangunan SPL berdiameter 32 inci dengan panjang 15,2 kilometer  dan SPM berkapasitas 165 ribu dead weight tonnage (DWT).

Sedangkan pekerjaan onshore antara lain meliputi pembangunan pipa bawah tanah berdiameter 32 inci dengan panjang 500 meter, pembangunan 1 unit tangki baru berkapasitas 22 ribu kiloliter, modifikasi tangki, serta pemasangan flushing dan pigging system.

Paket pekerjaan Engineering, Procurement, Construction, Installation, Comissioning (EPCIC) dikerjakan oleh konsorsium PT Rekayasa industry (REKIND) – Intermoor, paket pekerjaan SPL dikerjakan oleh konsorsium JFE Japan – Marubeni itochu – PT. Atamora Teknik Makmur, paket pekerjaan coating (pelapisan) SPL oleh PT. Indal Steel Pipe. Sedangkan paket pekerjaan SPM dikerjakan oleh konsorsium ORWELL.

(Baca: Aramco Batal, Pertamina Garap Kilang Balongan dan Dumai Sendirian)

Menurut Yenni, Pertamina telah melaksanakan seleksi yang ketat melalui proses pengadaan. “Karena itu  kami yakin telah mendapatkan mitra terbaik untuk mengerjakan proyek ini, dan kami optimis dapat menyelesaikannya tepat waktu dengan kualitas yang telah ditetapkan,” ujarnya.

Proyek pembangunan fasilitas ini dapat menyerap menyerap kurang lebih 600 orang tenaga kerja. Pertamina menargetkan pengerjaan proyek ini selesai dalam 23 bulan sejak penandatanganan kontrak pada 10 Oktober 2016.

Sebagai informasi, Kilang RU VI Balongan menjadi salah satu kilang Pertamina yang akan dikembangkan melalui mega proyek peningkatan kapasitas atau Refinery Development Master Plan (RDMP) dengan nilai investasi US$ 1,2 miliar. Tahun ini RDMP Kilang RU VI Balongan memasuki tahapan Desain konstruksi dasar atau Basic Engineering Design (BED).

Pertamina berharap, proyek Kilang Balongan bisa selesai pada tahun 2020. Dengan begitu, kapasitas kilang meningkat dari 125 ribu barel per hari menjadi 240 ribu barel per hari. (Baca: Pertamina Kesulitan Mendanai Kilang Balongan)

Megaproyek RDMP dan pembangunan kilang baru  ditargetkan akan meningkatkan kapasitas kilang nasional menjadi 2 juta barel per hari pada tahun 2023. Selain Kilang RU VI Balongan, proyek RDMP dilakukan di Kilang RU IV Cilacap, Kilang RU V Balikpapan, dan Kilang RU II Dumai. Sedangkan NGRR ditetapkan di Tuban dan Bontang.