Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani merasa lega demonstrasi buruh pada 2 Desember 2016 berjalan tertib. Awalnya para pengusaha khawatir aksi ini akan diwarnai dengan penyisiran atau sweeping buruh-buruh lain. Namun hal ini tidak terjadi.

"Ternyata bagus demonstrasinya, paling tidak menimbulkan kepercayaan (dunia usaha)," ujarnya kepada Katadata, Jumat (2/12). (Baca: Pengusaha Khawatir Razia Buruh pada Aksi 2 Desember)

Para buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) melakukan demonstrasi hari ini. Mereka menuntut pemerintah mencabut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang pengupahan. 

Mereka juga menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ditangkap. Aksi ini pun dilakukan pada hari yang sama dengan aksi umat islam yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI). 

(Baca: Pekerja Ikut Aksi 2 Desember, KSPI Ancam Mogok Nasional)

KSPI sempat mengancam akan melakukan mogok kerja nasional pada hari ini. Makanya ada kekhawatiran pengusaha yang tergabung dalam Apindo dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, bahwa para buruh akan melakukan sweeping dan memaksa buruh lain ikut aksi ini. 

Namun, hal ini tidak terjadi. Sama seperti aksi GNPF-MUI, menurut Haryadi, aksi buruh juga berlangsung tertib. Tidak ada tindakan yang bisa menghambat usaha, seperti sweeping dang menutup kawasan industri. "Sepanjang tidak merugikan dan tidak bolos, hak mereka itu dalam demokrasi," ujarnya.

Haryadi mengakui bahwa aksi buruh dan umat islam hari ini juga menimbulkan kerugian usaha. Namun, dia belum menghitung berapa besar kerugiannya. Dia memastikan kerugian ini tidak terlalu besar dan tidak berpengaruh besar pada usaha dan perekonomian.

"Anggap saja seperti rugi sehari dalam dagang, tapi yang penting kepercayaannya positif dalam jangka panjang," katanya. (Baca: BKPM Pantau Investor Belum Terganggu Dampak Demonstrasi)

Kadin Indonesia dan Apindo sempat menyatakan bahwa sektor usaha yang kemungkinan akan mengalami kerugian paling besar adalah ritel. Meski begitu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta juga mengaku belum memiliki angka kerugian dari sisi retail. 

Pada demonstrasi umat islam yang dilakukan 4 November lalu, pengusaha retail di wilayah Jakarta Utara sempat menjadi korban penjarahan. Saat ini Tutum memberitahu tidak ada perusakan retail dalam bentuk apapun dalam demonstrasi hari ini.

"Konsumen dapat berbelanja di tempat terdekat tempat tinggal mereka, (apabila ada toko tutup)," katanya. (Baca: Aksi 212 Berjalan Damai, Bursa Saham Ditutup Menguat)