PT Pertamina (Persero) dan Rosneft akhirnya menyetorkan dana masing-masing sebesar US$ 200 juta untuk pembangunan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur. Ini merupakan tindak lanjut dari Joint Venture Agreement (JVA) atau kesepakatan pembentukan perusahaan patungan dan keseriusan kedua belah pihak membangun kilang tersebut.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Rachmad Hardadi mengatakan JVA tersebut telah ditandatangani kedua perusahaan pada 5 Oktober lalu. Pertamina dan Rosneft menyatakan akan terus bekerja cepat untuk merealisasikan megaproyek Kilang Tuban. (Baca: Pasokan Minyak Kilang Tuban Tak Hanya dari Rosneft)
Rachmad menceritakan untuk mencapai kesepakatan tersebut, Pertamina harus bernegosiasi dengan Rosneft ini selama 28 jam tanpa henti. “Pertamina dan Rosneft yang berkomitmen tinggi untuk tidak menunda-nunda pelaksanaan setiap tahapan proyek sehingga kesepakatan pun dapat ditandatangani,” ujarnya dalam keterangan resmi Pertamina, kemarin.
Jaminan dana yang disetor masing-masing perusahaan ini sebagai batu pijakan penting atas kerjasama kedua perusahaan membangun Kilang Tuban. Bahkan, Rosneft juga telah sepakat memberikan opsi kepada Pertamina untuk mengelola lapangan minyak dan gas bumi (migas) di Rusia.
Perusahaan migas asal Rusia ini menawarkan lapangan dengan tingkat produksi tidak kurang dari 30 ribu barel setara minyak dan dengan cadangan tidak kurang dari 200 juta barel setara minyak. “Kesepakatan ini penting bagi Pertamina dan ketahanan energi nasional yang sangat membutuhkan tambahan produksi migas untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat,” kata Rachmad.
(Baca: Pertamina Targetkan Punya Hak Kelola Blok Migas di Rusia Tahun Ini)
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan berdasarkan JVA, Rosneft akan memiliki saham 45 persen pada perusahaan patungan, sedangkan saham Pertamina sebesar 55 persen. JVA ini juga mengatur mengenai manajemen perusahaan patungan, dan tata kelola, bahan baku, pemasaran dan offtake (pembelian produk kilang), prinsip-prinsip pendanaan, SDM, standard clauses atau klausa standar, dan langkah-langkah lebih lanjut untuk pelaksanaannya.
Saat ini para pihak sedang melaksanakan studi kelayakan pendanaan proyek atau bankable feasibility study (BFS). Setelah itu tahapan selanjutnya adalah keputusan investasi akhir (FID), desain teknik dasar (BED) dan front end engineering design (FEED) atau desain rekayasa awal.
Kapasitas desain pengolahan primer di GRR Tuban adalah 300 ribu barel per hari dengan kompleksitas kilang di atas 9 NCI (Nelson Complexity Index) dan karakteristik produk level Euro 5. Bahan bakunya akan diperoleh dari minyak mentah jenis sour impor dengan grade (tingkat) medium (sedang) dan heavy (berat).
Pada proyek ini juga akan dibangun unit catalytic cracker atau perekah katalis berskala besar serta kompleks pengolahan petrokimia. Kilang ini juga didesain untuk dapat menerima VLCC ( very large crude carriers) supertanker atau kapal pengangkut dengan bobot mati hingga 300 ribu ton. (Baca: Kementerian Energi Buka Opsi Swasta Garap Kilang Bontang)
Setelah selesai pembangunannya, Wianda berharap proyek ini dapat memperkuat ketahanan energi nasional. “Ini karena akan mengurangi ketergantungan terhadap produk BBM impor,” kata dia.