Alasannya PLN menganggap harga US$ 8 eskalasi dua persen per mmbtu terlalu mahal. “Ini yang membuat Pertamina kesulitan dan saat ini dilakukan kajian ulang terhadap harga,” kata dia kepada Katadata Senin (29/8). (Baca: Gas Belum Laku, Proyek Tiung Biru Segera Diresmikan Jokowi)

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya harus mencari pembeli lain kalau memang Pupuk Kujang Cikampek belum bisa membeli gas Tiung Biru. Jika tidak maka Pertamina EP Cepu akan sulit melakukan eksploitasi.

Pertamina masih harus menghitung harga untuk membeli alokasi dari Pupuk Kujang Cikampek. “Kalau nanti harganya sesuai, diserap Pertamina semua,” kata dia di Jakarta, Senin (29/8).

Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan, Pupuk Kujang Cikampek memang sudah mengirimkan surat tidak bisa menyerap gas Tiung Biru. Tapi, pemerintah saat ini masih membahas harga gas tersebut. (Baca: Dua Opsi Penyelesaian Jual-Beli Gas Tiung Biru di Blok Cepu)

Menurut Wiratmaja, gas dari lapangan tersebut memang memiliki kandungan CO2 terlalu besar. “Jadi itu masih dibahas apa yang bisa dioptimumkan apa yang bisa diturunkan biayanya,” kata dia di kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (29/8).

Halaman: