Cina masih punya ketertarikan besar untuk berinvestasi di Indonesia meski tengah diterpa perlambatan ekonomi. Ketertarikan itu disampaikan oleh Minister Counsellor for Economic & Commercial Affair-Embassy Cina di Indonesia Wang Liping saat bertemu dengan Pelaksana tugas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Panjaitan di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (24/8).
Dalam pertemuan itu, delegasi Cina menawarkan beberapa peluang investasi mulai dari sektor infrastruktur hingga sektor energi. “Cina menawarkan investasi sebagai insurance juga. Ada listrik, pembangunan jalan, pelabuhan serta pabrik pengolahan dan pemurnian konsentrat (smelter),” ujar Luhut usai pertemuan itu. (Baca: Pemerintah Kecewa Kapasitas Pembangkit Listrik dari Cina Rendah)
Dua bulan lalu, Cina juga menyampaikan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) saat itu, Franky Sibarani bertemu dengan Kementerian Perdagangan Cina. Dalam pertemuan itu, ada empat sektor yang diminati Cina sebagai peluang bisnis di Indonesia, yakni bidang pembangunan smelter, peralatan elektronik, infrastruktur, dan minuman.
Untuk smelter misalnya, ekspansi sejumlah perusahaan Cina untuk pembangunan mulai terlihat sejak beberapa tahun terakhir, terutama pada 2015. Beberapa perusahaan itu gencar merealisasikan penanaman modal di sejumlah proyek konstruksi smelter.
(Baca: Pelonggaran Ekspor Konsentrat, DPR Diminta Segera Bahas RUU Minerba)
Selain itu, ada beberapa perusahaan asal Cina yang kerap membangun smelter ingin masuk ke Indonesia. Salah satunya, membangun smelter bermitra dengan dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertambangan, yaitu PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dengan PT Inalum.
Pembangunan smelter itu melalui pembentukan anak usaha patungan bernama PT Inalum Antam Alumina. Dalam pembangunan smelter, anak usaha ini akan menggandeng mitra dari Cina untuk membantu pendanaannya. Sementara Inalum dan Antam tetap akan memegang mayoritas saham.
Smelter itu ditargetkan bisa beroperasi pada 2019, dengan kapasitas sebesar 2 juta ton grade alumina per tahun. Namun, pembangunannya akan dilakukan secara bertahap, yang pada tahap pertama sebesar 1 juta ton per tahun.
Sebagai informasi, sebenarnya total pembangunan smelter hingga tahun ini mencapai 27 unit. Smelter tersebut terdiri dari delapan smelter nikel, dua smelter bauksit, satu smelter mangan, 11 smelter zircon, satu smelter timbal dan seng, dua smelter kaolin, serta dua smelter zeolit. (Baca: Pemerintah Baru akan Hitung Kebutuhan Smelter di Dalam Negeri)
Menurut Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Gatot Ariyono, hanya ada empat smelter yang akan dibangun tahun ini. Namun, yang menunjukkan perkembangan pesat proses pembangunannya hanya dua smelter. Sedangkan dua smelter lainnya masih belum mencatatkan perkembangan.