SKK Migas Ajak Pelaku Industri Petrokimia Manfaatkan Gas Masela

Arief Kamaludin | Katadata
28/7/2016, 11.48 WIB

Selanjutanya, bisa diketahui kebutuhan pembangunan pabrik petrokimia dan jumlah kilangnya. Jumlah kilang ini juga akan menentukan kebutuhan lahan dan sebagai pertimbangan untuk memilih lokasi pembangunan kilang. “Sehingga masyarakat Maluku ini mengerti dan waktu memilih itu dapat yang tepat,” ujar Amien. (Baca: SKK Migas Cari Lahan 600 Hektare untuk Proyek Blok Masela)

Amien pernah mengatakan ada tujuh pulau yang menjadi opsi lokasi pembangunan kilang darat Blok Masela. Dua pulau berada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, yakni Pulau Selaru dan Yamdena. Sedangkan dua pulau lainnya berada di Kabupaten Maluku Barat Daya, yaitu Pulau Babar dan Pulau Masela. Selain itu, Pulau Aru di Kabupaten Kepulauan Aru. "Terus ada dua lagi pulau kecil-kecil," kata Amien, 21 Juni lalu.

Di sisi lain, Inpex Corporation sebagai operator Blok Masela menganggap gas dari ladang gas itu tidak bisa untuk industri petrokimia. Berdasarkan hasil studi laboratorium, Juru bicara Inpex Usman Slamet mengatakan, karakteristik gas di Lapangan Abadi, Blok Masela, berbeda dengan gas di wilayah lain. Jenis gasnya adalah lean atau minyak miskin, bukan wet atau jenis gas basah.

Rantai gas yang ada di Blok Masela juga hanya Metana (C1), Ethana (C2), Propana ( C3). Bahkan, C1 hanya di atas 85 persen. Dengan karakteristik tersebut, menurut Usman, gas Masela hanya bisa dibikin urea dan amoniak. Tidak bisa parafin dan olefin. (Baca: Bantah Rizal Ramli, Inpex: Gas Masela Tak Bisa untuk Petrokimia)

“Tidak bisa untuk petrokimia. Mau dipaksa juga tidak bisa. Dia (Rizal Ramli) jual mimpi banget,” kata Usman saat berbincang dengan beberapa wartawan di Jakarta, Rabu (13/7).

Halaman: