Rendahnya harga minyak dunia saat ini memberi keuntungan bagi BP Indonesia dalam mengerjakan proyek Kilang Gas Tangguh. Nilai investasi megaproyek di Papua ini ikut menyusut sekitar 16-33 persen.
Country Head BP Indonesia Dharmawan Samsu mengatakan tahun lalu nilai investasi proyek ini mencapai US$ 12 miliar atau sekitar Rp 162 triliun. Namun karena harga minyak sedang rendah, dia memprediksi nilai investasinya ikut turun hingga menjadi US$ 8-10 miliar.
Penurunan harga minyak membuat banyak perusahaan migas menunda investasinya. Hal ini berdampak pada berkurangnya proyek migas yang menjadi lahan industri penunjang migas. Agar bisnis industri ini bisa tetap berjalan, Industri penunjang migas menurunkan harganya. (Baca: Jasa Penunjang Migas Lesu Akibat Harga Minyak Rendah)
Penyusutan nilai investasi ini tidak berpengaruh pada proyek kilang train III yang akan dibangun. Kapasitas produksi kilang ini tetap berdasarkan rencana awal, yakni sebesar 3,8 juta ton per tahun. Alokasi gas alam cair yang akan dihasilkan dari kilang ini juga tetap 75 persen untuk dalam negeri.
Mengenai penyusutan nilai investasi ini BP sudah membicarakannya dengan pemerintah. Samsu mengaku pihaknya juga sudah mendapat dukungan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Dengan nilai investasi yang rendah, pengembalian biaya investasi (cost recovery) yang akan dibayarkan pemerintah juga rendah.
“Karena harga itu turun maka proyek ini masih bisa jalan,” ujarnya usai acara tahunan asosiasi perusahaan migas Indonesia “IPA Convex 2016” di JCC, Jakarta, Kamis (26/6). Dia pun memastikan keputusan akhir investasi (FID) Kilang Train III Tangguh akan selesai bulan depan.
Dengan selesainya tahapan FID tahun ini, proyek tersebut diharapkan bisa mulai berproduksi pada pertengahan 2020. Apalagi gas yang akan dihasilkan dari kilang tersebut sudah punya kesepakatan dari pembeli, khususnya di dalam negeri. (Baca: Hadapi Minyak Murah, Kontraktor Migas Perlu Terobosan Teknologi)
BP Berau dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akhirnya sepakat melakukan amandemen Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dari kilang Tangguh. Dalam amandemen tersebut, PLN memborong lebih dari setengah produksi Train 3 Tangguh.
Amandeman PJBG telah ditandatangani oleh kedua perusahaan pada 15 April lalu. Penandatanganan ini juga disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan langsung menyetujuinya. Dia mengatakan amandemen kontrak bertujuan untuk mengamankan pasokan gas pembangkit berbahan bakar gas untuk jangka waktu yang panjang.
"Kepastian pasokan bahan bakar gas bagi pembangkit listrik memerlukan tindakan cepat. Jangan sampai terjadi defisit," kata Sudirman. (Baca: Harga Minyak Rendah, Exxon Hanya Fokus Garap Blok Cepu)
Gas dari Tangguh ini nantinya akan digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Arun yang memiliki kapasitas 184 megawatt (MW), PLTGU Belawan (800 MW), dua blok PLTGU Muara Karang (1.300 MW), dan tiga blok PLTGU Priok berkapasitas 2.000 MW.