Akibat beratnya kinerja keuangan ini, perusahaan berencana memangkas empat ribu orang dari jumlah pegawai dan kontraktor di sektor hulu tahun ini. Di level hilir, jumlah karyawan yang akan terkena pemutusan hubungan kerja diprediksi mencapai tiga ribu orang hingga akhir 2017.

Penurunan Laba Perusahaan Migas Multinasional (Katadata)

Selain karena kejatuhan harga minyak dunia, BP juga menghadapi masalah pelik dalam tuntutan denda US$ 443 miliar atas kasus tumpahan minyak di Teluk Meksiko pada 2010 lalu. Pengadilan akan digelar pada 23 Maret 2016 untuk membahas ketentuan bagi perusahaan dalam menyelesaikan semua kewajiban denda.

Bagaimanapun juga, BP masih percaya mampu mencatatkan pertumbuhan. “Kami menciptakan kemajuan dengan mengatur serta memangkas pengeluaran biaya dan belanja modal,” kata BP Group Chief Executive Bob Dudley. (Baca: Chevron PHK Ribuan Karyawan di Indonesia)               

Kesulitan juga menimpa Chevron Corporation. Pada rilis yang diterbitkan Jumat, akhir pekan lalu, perusahaan mengumumkan laba perusahaan jatuh menjadi US$ 4,6 miliar pada 2015 dari US$ 19,2 miliar pada tahun sebelumnya. Chairman dan Chief Executive Officer Chevron John Watson terang-terangan mengakui kondisi ini.

“Pemasukan kami sepanjang 2015 anjlok tajam dibanding tahun sebelumnya, mencapai hampir 50 persen,” ujarnya. Untuk mendongkrak pendapatan dan arus kas di tengah melemahnya harga minyak, perusahaan memotong pengeluaran operasional dan modal hingga US$ 9 miliar. Pemotongan ini masih akan terus berlangsung pada 2016, dengan nilai yang lebih besar.

Halaman:
Reporter: Maria Yuniar Ardhiati