KATADATA - Impor minyak dan gas bumi (migas) pada November 2015 mencetak nilai terendah sejak 13 bulan terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor migas November lalu sebesar US$ 1,64 miliar atau menurun 6,95 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Rinciannya sebagai berikut, impor hasil minyak menurun 10,15 persen menjadi sebesar US$ 913,4 juta. Impor gas juga turun 18 persen menjadi US$ 151,9 juta. Berbeda dengan impor hasil minyak dan impor gas, impor minyak mentah justru meningkat sebesar 2,5 persen dibandingkan Oktober 2015 menjadi US$ 575,2 juta.
Dari sisi volume, impor migas pada November 2015 juga mencetak penurunan 4,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 3,7 juta ton. Mengacu data BPS, impor hasil minyak turun 6,4 persen menjadi 1,9 juta ton dan impor gas turun 28,5 persen menjadi 322 ribu ton. Sedangkan volume minyak mentah meningkat 6,1 persen menjadi 1,51 juta ton. (Baca : JK Optimistis ke Depan Indonesia Setop Impor BBM)
Direkur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan, penurunan impor migas tersebut berkat pengoperasian beberapa kilang minyak milik PT Pertamina (Persero). Mulai beroperasinya kilang tersebut tentu membutuhkan pasokan minyak mentah. Karena itulah impor minyak mentah pada November lalu meningkat sementara impor produk minyak menurun.
“Jadi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) turun, tapi crude atau kondensat bertambah. Tapi nilai tambah jadi dalam negeri,” kata dia kepada Katadata, Rabu (15/12).
Beberapa proyek kilang yang mulai beroperasi yakni Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur. Proyek ini kembali dioperasikan pada 11 November lalu. Kilang TPPI dapat menghasilkan Premium sekitar 61 ribu barel per hari. Selain itu, ada proyek revitalisasi di Unit IV Kilang Cilacap. Dengan revitalisasi ini dapat mengurangi impor Premium hingga 15 persen dan Solar 30 persen. (Baca : Impor BBM Bisa Teratasi Dengan Menghilangkan Pemburu Rente)
Saat meresmikan pengoperasian proyek Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Kilang Cilacap, akhir November lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, Indonesia tidak akan lagi mengimpor BBM di masa depan. Saat ini saja, dengan beroperasinya RFCC Kilang Cilacap dan Kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) mampu menekan impor BBM hingga 30 persen.
“Penambahan kapasitas kilang yang telah dan akan dilaksanakan Pertamina. Kami optimistis Indonesia dapat terbebas sama sekali dari impor BBM,” katanya. Sekadar informasi, proyek RFCC akan menambah kapasitas pengolahan Kilang Cilacap dari 350 ribu barel per hari (bph) menjadi 412 ribu bph.
Selain proyek RFCC yang sudah selesai, Pertamina sedang mengerjakan proyek lain, yakni proyek Langit Biru Cilacap. Apabila proyek ini tuntas maka Kilang unit IV Cilacap akan menghasilkan gasoline RON 92 (Pertamax) dengan spesifikasi menuju Euro IV yang lebih ramah lingkungan. Dengan demikian, impor HOMC juga dapat ditekan secara signifikan.