KATADATA - PT Pertamina (Persero) menyatakan akan terus mengupayakan langkah efisiensi dalam kegiatan operasionalnya. Sepanjang Januari hingga September tahun ini, upaya efisiensi telah berhasil menghemat pengeluaran Pertamina hingga US$ 430 juta atau sekitar Rp 5,8 triliun.
"Target kami dari efisiensi US$ 500 juta hingga akhir 2015," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda kepada Katadata, Selasa (10/11).
Wianda mengatakan efisiensi ini berasal sentralisasi pengadaan produk nonhidrokarbon. Unit usaha Integrated Supply Chain (ISC) juga berhasil melakukan penghematan dalam pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM). Hingga kuartal III tahun ini, ISC berhasil melakukan penghematan dalam pengadaan minyak dan BBM sebesar US$ 103 juta.
Upaya efisiensi juga dilakukan lewat penggunaan aset penunjang dan penurunan losses atau potensi BBM yang hilang dalam proses pasokan dan distribusi. Hingga akhir tahun lalu tingkat losses tersebut mencapai 0,29 persen.
Meski masih di bawah standar yang berlaku yakni 0,5 persen, Pertamina berharap bisa menekan losses tersebut menjadi hanya 0,20 persen. Penurunan losses ini ditargetkan bisa menghemat US$ 100 juta dalam satu tahun.
Menurut dia, efisiensi yang dilakukan hingga kuartal III tahun ini belum bisa menutup kerugian yang dialami Pertamina dalam penjualan BBM jenis Premium. Sepanjang Januari hingga September, Pertamina masih harus menanggung tersebut yang mencapai Rp 14 triliun.
Pertamina membukukan penjualan hingga kuartal III-2015 sebesar US$ 10,21 miliar. Perolehan ini 42 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 55,17 miliar. Penurunan pendapatan ini berpengaruh besar pada perolehan laba bersih yang turun hingga 47 persen.
Dalam sembilan bulan tahun ini, Pertamina mencatatkan laba bersih hanya US$ 914 juta, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 1,73 miliar. Meski labanya turun, margin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) justru meningkat. Kuartal III tahun lalu, marginnya hanya 8,75 persen, saat ini meningkat menjadi 11,09 persen. Peningkatan margin ini merupakan keberhasilan Pertamina dalam melakukan efisiensi.