KATADATA - PT. Pertamina berrencana membentuk anak usaha yang memiliki badan hukum di luar negeri. Menurut Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang, anak usaha ini akan bergerak di sektor hilir seperti penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Target perusahaan tersebut untuk merebut pangsa pasar yang ada di Selat Malaka. Di wilayah itu, permintaan akan bahan bakar final maupun minyak mentah memang cukup besar. Misalnya, Indonesia kerap mendatangkan BBM lewat Singapura. Sebagaian besar konsumsi BBM dalam negeri yang mencapai 46 juta kiloliter memang didatangkan dari negara tersebut.
Melihat angka ini, Selat Malaka tentu merupakan pangsa pasar yang menguntungkan bagi Pertamina. Bila Indonesia mengandalkan Pertamina, yang berbadan hukum Indonesia, sebagai pemasok BBM akan dikenakan pajak. Kaena itulah perusahaan pelat merah ini akan membentuk anak usaha yang berbadan hukum asing.
Sebenarnya, Pertamina sudah masuk pasar Selat Malaka melalui anak usahanya yakni PT. Pertamina Energy Trading Limited (Petral) sejak Januari 2015. Selama kurun waktu tiga bulan, kata Ahmad Bambang, Petral berhasil merebut dua persen pangsa pasar dengan keuntungan US$ 500 ribu. Sayangnya, saat ini Petral sudah dibubarkan oleh pemerintah.
Namun Ahmad Bambang tidak mau menyamakan perusahaan yang nantinya bernama Pertamina International Downstream (PIDS) ini disamakan dengan Petral. Menurut dia, perbedaan antara Petral dan PIDS ini adalah PIDS tidak melakukan trading minyak tapi hanya sebagai marketing.
Ke depan, Ahmad Bambang melanjutkan, ada tiga alternatif mengenai tempat kedudukan badan hukum anak usaha ini: Singapura, Johor, atau Tanjung Plepah. Rencana tersebut sudah disetujui oleh Direksi Pertamina, tinggal didiskusikan dengan komisaris, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Menteri Badan Usaha Milik Negara. "Saya mau Pertamina Internasional Down Stream," kata dia di Kantor Pertamina, Jakarta, Rabu, 4 November 2015.
Di luar rencana membangun anak usaha, Ahmad juga mengatakan ada program ekspansi lainnya ke luar negeri. Saat ini Pertamina mengincar 49 persen saham Myanmar Oil and Gas Enterprise (MOGE). Keinginan tersebut akan diwujudkan ketika mengikuti tender yang digelar Badan Usaha Milik Negara Myanmar di sektor minyak dan gas bumi tersebut.
Menurut Ahmad Bambang, tender tersebut terkait tuntutan penduduk Myanmar yang meninginkan peningkatan mutu BBM. Saat ini, kualitas BBM di Myanmar berkadar oktan (RON) 80. Sementara masyarakat di sana menghendaki bahan bakar dengan oktan 90 sampai 92.
"Myanmar menawarkan kepada investor untuk masuk dengan konsep yang mereka miliki, manajemen, besaran investasi kedepan. Jika menang akan dikasih 49 persen saham," kata Ahmad.
Tawaran tersebut dinilai menarik bagi Pertamina. Apalagi, MOGE memiliki 28 depo dan 1.350 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Dari sisi konsumsi, kebutuhan negara tersebut mencapai 10 juta kiloliter.
Untuk memenangkan tender ini, Pertamina akan bertarung dengan 14 perusahaan lainnya. Salah satu strategi yang diusung dengan menawarkan produk Pertalite yang berkadar 90, Pertamax, dan Pertamax Plus.