Guna mendongkrak minat investasi hulu migas di Indonesia, pemerintah disarankan tidak hanya menggratiskan data blok migas yang dilelang. Namun, pemerintah juga diharapkan dapat mengkualifikasikan data blok migas yang mempunyai cadangan terbukti cukup besar.
Praktisi sektor hulu migas Tumbur Parlindungan menilai, selama ini pemerintah hanya menawarkan blok-blok migas yang mempunyai potensi cadangan yang tidak begitu besar. Misalnya, seperti dengan menawarkan potensi yang belum terbukti sekitar 800 miliar kaki kubik (BCF).
"Indonesia kalau menawarkan blok tolong juga dikualifikasikan. Kadang-kadang yang saya lihat ini ada blok cuma 800 bcf secara resources gak ada yang mau ambil," kata Tumbur dalam diskusi virtual Ecadin, Selasa (5/5)
Pasalnya, menurut Tumbur perusahaan kelas kakap dunia hanya mau menggarap lapangan yang mempunyai cadangan cukup besar untuk dikembangkan. Contohnya dengan sumber daya yang cadangannya telah terbukti (proven reserve) di atas 100 juta barel.
(Baca: Kementerian ESDM Tunda Lelang WK Migas Karena Pandemi Corona)
"Kalau kita menawarkan ke orang ya harus dilihat kualitasnya, karena yang ditawarkan selama ini bukan big oil company tapi small company, itu pun sangat jarang orang mau ambil," kata dia.
Menanggapi hal tersebut, pada kesempatan yang sama Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan jika perusahaan migas kelas kakap dunia masih cukup banyak di Indonesia seperti BP, ExxonMobil, Conocophillips, Eni, dan Repsol. "Kita setiap tahun melakukan lelang blok migas dan minat mereka juga masih besar," kata dia.
Namun Djoko melihat persaingan dari negara lain dalam menjaring minat investor juga kompetitif. Sehingga perusahaan besar memilah-milah negara mana yang akan dijadikan tujuan untuk berinvestasi.
"Makanya kita tiap tahun terus perbaiki dari waktu ke waktu. Supaya mereka tetep ada di sini dan datang. Alhamdulillah investasi hulu kita juga sudah membaik," ujarnya.
(Baca: ESDM Lelang 12 Blok Migas Setelah Skema Kontrak Baru Rampung)