Jurus Trump Pukul Tiongkok, Usut Misteri Pasien Pertama Corona Dunia

ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer
Seorang wanita berjalan di area komersial utama di Wuhan, Hubei, Tiongkok, Kamis (20/2/2020). Kota Wuhan adalah tempat munculnya virus corona Covid-19 yang menjangkiti hampir 4 juta penduduk dunia.
9/5/2020, 07.00 WIB

Misteri asal muasal dan pasien pertama virus corona Covid-19 masih menjadi topik hangat di seluruh dunia. Apalagi persoalan ini menjadi salah satu penyebab memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok.

AS merasa perlu menemukan pasien pertama ini untuk mengetahui musabab sebenarnya kemunculan Covid-19. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meminta Tiongkok lebih terbuka untuk menyingkap tabir pandemi. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan menyebut virus ini berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan. 

“Kita perlu mendapatkan jawabannya. Penting untuk mengetahui dari mana pasien nol berasal, " kata Pompeo hari Kamis (7/5) lalu dikutip dari laman Kemenlu AS. Pompeo beberapa waktu sebelumnya juga sempat menuduh pemerintah Tiongkok menyembunyikan sampel virus corona.

(Baca: Menlu AS Klaim Punya Bukti Signifikan Corona Berasal dari Lab Tiongkok)

Tak hanya AS, Uni Eropa dan Australia juga mendorong adanya investigasi independen untuk memecahkan masalah ini. Baik Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan juru bicara Komisi Eropa Virginie Henriksson mengatakan mengetahui asal muasal corona akan membantu dunia mencegah pandemi berbahaya ini terulang.

"Yang benar-benar penting adalah kami memiliki ulasan yang tepat, tinjauan independen yang melihat sumber dari hal-hal ini secara transparan, " kata Morrison hari Selasa (5/5) dikutip dari Bloomberg.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga meminta seluruh negara memeriksa kembali pasien pertama Covid-19 di wilayahnya masing-masing. Ini lantaran adanya indikasi bahwa kasus corona telah terjadi sejak akhir 2019.

“Temuan ini membantu untuk lebih memahami potensi sirkulasi virus COVID-19,” kata juru bicara WHO Christian Lindmeier beberapa hari lalu.

Ini karena mereka mengindikasikan kasus corona telah terjadi di beberapa negara sejak tahun lalu.  Salah satu kasus menimpa seorang penjual ikan berusia 42 tahun di Prancis bernama Ammirouche Hammar. Ia sempat dirawat di rumah sakit Paris pada 27 Desember 2019 dengan gejala batuk, demam, dan sesak napas. Satu bulan kemudian Hammar menjalani tes Covid-19 dan hasilnya positif.

“Tidak ada keraguan. Sudah ada sejak bulan Desember,” kata kepala ICU GRS Avicenne-Jean Verdier dr. Yves Cohen, Selasa (5/5) dikutip dari The New York Times.

Sedangkan pemerintah Tiongkok mengatakan isu soal waktu munculnya kasus pertama tak hanya terjadi di Negeri Panda namun di beberapa negara lain seperti Prancis dan Swedia. Mereka juga menyerang balik Pompeo dengan menuduh mantan bos badan intelijen pusat AS (CIA) itu menyebarkan kabar yang tak akurat. 

"Dia (Pompeo) sibuk mengarang kebohongan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying di laman resmi Kemenlu Tiongkok, Kamis (7/5).

Mencari Kasus Perdana

Penelusuran pasien paling pertama menjadi salah satu hal krusial untuk mengetahui asal mula virus ini berkembang. Dari beberapa pemberitaan, salah satu yang diduga menyebarkan virus ini adalah seorang penjual udang di Pasar Huanan bernama Wei Guixian (57).

Wei mengalami demam pada 10 Desember 2019 dan kondisinya semakin parah sehingga ia dirawat 6 Desember dengan kondisi infeksi paru-paru. Akhir Desember, ia dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 dan dikarantina.

Pasar Huanan dianggap sebagai lokasi penularan utama virus corona di Ibu Kota Provinsi Hubei itu. Banyak dari penderita corona sempat mengunjungi pasar yang banyak menjual hewan liar tersebut.

Namun kepastian Wei sebagai kasus pertama agaknya terbantahkan laporan WHO.  Meski sempat melaporkan kasus pertama pada 31 Desember, namun lembaga tersebut belakangan menyatakan pasien paling awal Covid-19 muncul di tanggal 8 Desember 2019.

Berdasarkan catatan WHO, ada 41 kasus infeksi pernapasan yang dilaporkan sepanjang 8 Desember 2019 sampai 2 Januari 2020. Darijumlah tersebut, tujuh orang dalam kondisi sakit parah dan satu akhirnya meninggal dunia.

"Menurut penyelidikan epidemiologis awal, sebagian besar kasus bekerja atau pengunjung Pasar Huanan," demikian keterangan WHO tanggal 12 Januari lalu.

(Baca: Temuan Ilmuwan Tiongkok: Covid-19 Bermutasi jadi 33 Jenis)

Berbeda dengan WHO, sejumlah pakar menemukan kasus paling awal dilaporkan pada tanggal 1 Desember 2019. Hal ini terlihat dari penelitian berjudul Clinical features of patient infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan yang dikeluarkan oleh 29 dokter Tiongkok pada 24 Januari 2020 lalu.

Dalam penelitian ini tujuh ahli dari Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan juga terlibat. RS ini merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang paling awal menangani pasien Covid-19. Seperti WHO, mereka juga menemukan 41 pasien dengan gejala corona hingga 2 Januari 2020.

Para ahli juga menemukan bahwa pasien pertama yang terlapor tidak terkait Pasar Huanan, Wuhan. Dari hasil temuan mereka, kasus yang berkaitan dengan pasar tersebut baru tercatat mulai 10 Desember 2019. “Tidak ada hubungan epidemiologis yang ditemukan antara kasus pertama dan kasus selanjutnya,” tulis penelitian tersebut.

Meski demikian, pasien RS Jinyintan bisa jadi bukan yang pertama kali tercatat sebagai kasus infeksi Covid-19. Dari penelusuran South China Morning Post, seorang warga Hubei, 55 tahun menjadi pasien paling awal yang tercatat pada 17 November 2019.

Mereka juga menemukan bahwa sembilan kasus pertama yang dilaporkan November berusia 39-79 tahun. Meski demikian tak ada penjelasan lengkap apakah pasien tersebut merupakan warga Wuhan atau bukan. 

Penelusuran pasien paling pertama dirasakan penting untuk mengetahui asal virus serta mengembangkan vaksin yang paling mujarab. Ahli dari Pusat Infeksi dan Imunitas Columbia University Dr. Ian Lipkin mengatakan kerja sama dengan ahli kesehatan serta Kementerian Kesehatan Tiongkok untuk mengetahui semua ini.

“Saya ingin mencari tahu dari mana asal (corona) dan mencari obat untuk mengalahkannya,” kata Lipkin dikutip dari CBS News, Kamis (7/5).

Hewan atau Manusia

Penelusuran juga penting agar asal usul virus ini dapat dibongkar. Sebelumnya sudah banyak ahli menjelaskan bahwa penyakit ini memiliki karakter zoonosis alias datang dari hewan. Namun beberapa pihak juga membuka kemungkinan virus ini dikembangkan oleh manusia.

Trump mengatakan dirinya memiliki sejumlah bukti bahwa virus ini dikembangkan di Wuhan Institute of Virology atau Institut Virologi Wuhan. Meski demikian ia enggan membeberkan lebih detail apa dasar dari keyakinannya tersebut.

“Kami punya orang yang melihat sangat kuat. Ahli sains, intelijen, dan lain-lain. Saya pikir kami akan memiliki jawaban yang sangat bagus pada akhirnya,” kata Trump akhir April lalu dikutip dari The Guardian.

(Baca: Menlu AS Klaim Punya Bukti Signifikan Corona Berasal dari Lab Tiongkok)

Namun pendapat Trump ini langsung dimentahkan dr. Anthony Fauci. Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS ini mengatakan Covid-19 merupakan virus yang terus berevolusi sehingga sulit membayangkan pandemi ini bikinan manusia.

"Jika Anda melihat evolusi virus pada kelelawar dan apa yang ada di luar sana sekarang, (buktinya) sangat, sangat condong ke arah ini," kata Fauci hari Selasa (5/5) dikutip dari Al-Jazeera.

Sedangkan WHO akan mengirim tim ke Tiongkok untuk menyelidiki sumber pandemi sebenarnya. Apalagi hingga saat ini belum diketahui hewan yang jadi perantara virus ini meski kelelawar dan trenggiling menjadi terduga.

“Akan lebih fokus secara akademis dan melihat apa yang terjadi dengan hewan yang berbeda sehingga kami bisa melihat pendekatan baru,” kata Kepala Unit Penyakit Menular dan Zoonosis WHO Dr Maria Van Kerkhove.