Ahli Epidemiologi: Jawa Masuki Fase Rawan Corona pada Juli-September
Ahli epidemiologi memperkirakan kasus positif virus corona Covid-19 di Pulau Jawa akan memasuki fase rawan penularan mulai Juli dan akan berlangsung selama tiga bulan. Ini karena pemerintah sudah mulai menerapkan tatanan normal baru (new normal)
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan dalam kondisi tersebut mobilitas orang diperkirakan meningkat. Belum lagi adanya pembukaan aktivitas ekonomi juga menjadi risiko.
“Saya memperkirakan untuk Jawa, fase paling rawan kita di periode Juli hingga September,” kaya Dicky ketika dihubungi Katadata.co.id, Rabu (17/6).
(Baca: Ahli Epidemiologi: Buka Pasar Berisiko Tingkatkan Penularan Corona)
Hanya saja, Dicky kesulitan untuk memperkirakan kapan puncak penyebaran corona di Indonesia selama masa tersebut. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan titik tertinggi kasus Covid-19 Tanah Air.
Salah satunya karena pengujian spesimen corona yang masih terbatas. Laporan hasil tes juga masih memakan waktu lama.“Sehingga kasus yang dilaporkan tidak mencerminkan kasus yang terjadi pada hari tersebut,” kata Dicky.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga Laura Navika Yamani juga menilai prediksi atas puncak penyebaran corona di Indonesia sulit dilakukan. Menurutnya, hal tersebut akan bergantung dari konsistensi uji spesimen yang dilakukan pemerintah. “Sehingga kasus memang mendekati data riil,” kata Laura.
Laura menilai prediksi atas puncak penyebaran corona juga akan bergantung dari penerapan protokol kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Jika warga bisa disiplin, maka puncak penyebaran Covid-19 bisa dicapai lebih dini.
“Kemudian (puncak penyebaran corona) bergantung kepada surveilans kesehatan yang dijalankan nantinya,” kata Laura.
Dari data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, jumlah kasus corona hingga Rabu (17/6) mencapai 41.431 orang. Dari angka tersebut, 24.516 atau hampir 60% berada di pulau Jawa.