Zonasi Covid Dianggap Tak Efektif untuk Kendalikan Pandemi Corona

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.
Para pekerja berjalan di pedestrian kawasan jalan Sudirman Jakarta, Kamis (30/7/2020).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
31/7/2020, 05.00 WIB

Pembagian zonasi wilayah berdasarkan jumlah kasus positif virus corona atau Covid-19 dianggap tak efektif untuk mengendalikan pandemi corona. Direktur Umum dan Sumber Daya Rumah Sakit Universitas Andalas (Unand) Andani Eka Putra menilai zonasi berdasarkan jumlah kasus corona berpotensi membuat daerah mengejar target mengurangi jumlah kasus positif di daerahnya.

Padahal laporan jumlah kasus corona di suatu daerah bisa berkurang karena pemeriksaan dan pelacakannya yang tidak agresif. "Ini yang menjadi masalah karena terkait kepentingan politik," kata Andani dalam webinar Katadata.co.id bersama Kawal Covid-19 bertajuk "Tes Covid-19, Seberapa Efektif?” pada Kamis (30/7).

Menurut Andani, pemerintah seharusnya bisa membuat target pengendalian corona dengan indikator jumlah tes dan rasio kasus positif (positivity rate). Dengan demikian, tiap daerah bisa berlomba untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan dan menurunkan rasio kasus positif.

Daerah pun tidak perlu lagi takut jika kasus positif corona di daerahnya meningkat. Justru, Andani menilai semakin banyak kasus positif yang ditemukan, maka semakin cepat juga proses pelacakan, isolasi, dan perawatannya bisa dilakukan. "Seharusnya bahagia karena Alhamdulillah kasusnya makin cepat ketemu," kata Andani.



Anggota Divisi Perencanaan, Riset, dan Epidemiologi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kota Cimahi Fedri Ruluwedrata menyatakan hal senada. Menurut Fedri, pemerintah seharusnya lebih mengutamakan indikator jumlah tes dan rasio kasus positif dalam mengendalikan corona.

Jika dibuat berdasarkan jumlah kasus positif corona, Fedri menilai penentuan zonasi akan menjadi lebih sulit. "Warna (zonasi) tersebut bisa berubah lagi karena jumlah tesnya masih belum tercukupi," kata Fedri.

Adapun, Fedri menyebut Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi sudah tak lagi berfokus kepada zonasi yang berdasarkan jumlah kasus corona. Pemkot Cimahi, lanjutnya, tak masalah jika zonasinya berubah menjadi hitam sekalipun karena banyaknya kasus corona yang ditemukan.

Justru Fedri menilai hal tersebut lebih baik karena kasus positif yang ada bisa dijemput dan diisolasi. "Sehingga tidak dibiarkan menyebar," kata Fedri.

Reporter: Dimas Jarot Bayu