Kadin Proyeksi Jumlah PHK Bertambah Karena Daya Beli Tak Kunjung Pulih

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc.
Ilustrasi, sejumlah warga antre untuk mengurus pembuatan Kartu Pencari Kerja (Kartu Kuning) di Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Serang, Banten, Selasa (9/6/2020). Kamar Dagang dan Industri atau Kadin memproyeksi jumlah karyawan yang terkena PHK akan bertambah karena daya beli masyarakat tak kunjung pulih.
2/8/2020, 18.39 WIB

Pengusaha memperkirakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan terus meningkat. Pasalnya, daya beli masyarakat tak kunjung membaik sejak pandemi corona melanda Indonesia. 

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan kelesuan yang berkepanjangan dapat membuat arus kas pengusaha semakin terpuruk. "Tidak tertutup kemungkinan angka PHK dan dirumahkan semakin meningkat," kata Sarman saat dihubungi Katadata.co.id, Minggu (2/8).

Dia pun mengatakan aktivitas ekonomi masih berjalan secara terbatas dengan perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal itu menyebabkan berbagai aktivitas bisnis tidak berjalan sesuai harapan pengusaha.

Selain itu, sektor usaha seperti pusat hiburan belum diizinkan beroperasi. Kondisi itu diperparah dengan psikologis masayarakat yang cenderung berhati-hati dalam membelanjakan uang.

Hal itu terlihat dari banyaknya hotel bintang 4 dan 5 di ibu kota yang belum operasional. "Ini yang menjadi faktor gairah ekonomi kita belum sesuai yang diharapkan," ujar dia.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kegiatan ekonomi berangsur pulih sejak pelonggaran PSBB pada Juni 2020. "Tetapi tetap di bawah normal," kata Piter.

Menurut dia, hal itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi tetap akan negatif sepanjang 2020. Pertumbuhan ekonomi tahun ini pun diproyeksi tetap negatif selama pandemi Covid-19.

CORE pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2020 akan berada di kisaran minus 5%. Setelah itu, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2020 sebesar minus 3-4% dan triwulan IV minus 1-2%. "Dengan demikian, keseluruhan tahun minus 2-3 persen," ujar dia.

Reporter: Rizky Alika