Jokowi & Erick Thohir Saksikan 1.620 Relawan Uji Klinis Vaksin Besok

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir (kiri) saat meninjau fasilitas produksi vaksin COVID-19 di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020).
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
10/8/2020, 17.19 WIB

Pemerintah terus berupaya mengembangkan vaksin untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, ia bersama dengan Presiden Joko WIdodo dan Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo akan menyaksikan penyuntikan calon Covid-19 kepada 1.620 relawan besok.

"Besok saya dan Pak Doni bersama Pak Presiden menyaksikan vaksin perdana di Bandung, Jawa Barat" kata Erick di Kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Jakarta, Senin (10/8).

Langkah ini dinilai penting lantaran vaksin akan diuji coba selama enam bulan ke depan. Rencana uji coba vaksin kepada relawan juga lebih cepat dari perkiraan semula, yaitu pada September.

"Ini perjuangan Profesor dan para dokter, tentu Bio Farma juga," ujar dia.

Sebelumnya, Tim riset Universitas Padjajaran telah mendapat persetujuan dari komite etik penelitian untuk melakukan uji klinis vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Pengujian tersebut merupakan uji coba fase III yang melibatkan PT Bio Farma (Persero), Sinovac, Universitas Padjajaran, dan Kementerian Kesehatan.

Rencananya, vaksin akan diberikan dua dosis kepada relawan. Lalu, tim penguji akan melakukan pengamatan dan pengambilan sampel relawan untuk melihat keampuhan vaksin membentuk antibodi. Totalnya, ada empat kunjungan dalam uji klinis tersebut.

Uji klinis vaksin ini membutuhkan 1.620 relawan. Namun, sesuai dengan prosedur pengujian vaksin pada manusia, tidak semua peserta akan disuntikkan vaksin.

Ketua tim riset uji klinis vaksin Covid-19 dari Universitas Padjajaran Kusnandi Rusmil mengatakan hanya 540 relawan yang akan disuntikkan vaksin, sedangkan sisanya mendapatkan cairan plasebo. Cairan tersebut merupakan obat kosong yang tidak mengandung zat aktif dan tidak berefek apapun pada tubuh.

Setelah terbukti efektif menyembuhkan pasien, nantinya vaksin ini akan diproduksi massal untuk penanganan wabah. Erick memperkirakan pemerintah membutuhkan dana hingga US$ 4,5 miliar atau Rp 66 triliun untuk menyuntikkan vaksin kepada 160 hingga 190 juta penduduk Indonesia.

Erick berharap setelah teruji klinis, distribusi tahap pertama vaksin dapat dilakukan pada Januari hingga Februari 2021. 

Pemberian vaksin perlu dilakukan dua kali dengan kisaran harga US$ 15 per vaksin. "Kalau harganya US$ 15 per vaksin, jadi berapa? Anggap imunisasi 300 juta kali dengan US$ 15 per vaksin, berarti sudah US$ 4,5 miliar," katanya.

Reporter: Rizky Alika