Uji Klinik Vaksin Covid-19 Fase 3 Disarankan Dilakukan di Indonesia

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc.
Petugas medis mencatat data warga saat proses simulasi ujicoba vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/10/2020).
Penulis: Yuliawati
30/10/2020, 16.10 WIB

Berbagai perusahaan bioteknologi global tengah berlomba mengembangkan kandidat vaksin virus corona untuk mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19. Pemerintah Indonesia pun telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk mendapatkan akses kandidat vaksin, seperti Sinovac, CanSino, dan Sinopharm.

BUMN farmasi, Bio Farma menggandeng perusahaan asal Tiongkok PT Sinovac Biotech untuk memproduksi vaksin Covid-19 yang saat ini berada pada uji klinik fase tiga. Sebanyak 1.620 relawan di Bandung telah mendapat injeksi vaksin dan sedang menunggu hasil efektivitasnya. Kandidat vaksin CanSino dan Sinopharm juga telah mencapai uji klinik fase tiga.

Ketiga kandidat vaksin yang disiapkan Indonesia merupakan produksi asal Tiongkok. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Cissy Prawirakartasasmita menyatakan lebih meyakinkan apabila uji klinik fase tiga dilakukan di negara yang ingin menggunakan kandidat vaksin tersebut. Meskipun dalam peraturan uji coba boleh dilakukan di luar negeri.

Uji klinik fase tiga itu untuk melihat efikasi atau khasiat dari vaksin dan juga faktor keamanannya. "Apakah setelah divaksinasi, seseorang itu bisa jadi sakit atau tidak dan memang salah satu syarat dari uji klinik fase 3 harus dilakukan di lebih dari satu senter,” ujar Cissy yang juga merupakan Ketua Satgas Imunisasi IDAI dan Ketua Pokja Vaksinasi Peralmuni dalam siaran pers, Jumat (30/10).

Cissy menyampaikan vaksin yang berada dalam fase ketiga melalui proses uji keamanan saat melalui fase kesatu dan kedua. Vaksin tak akan mencapai fase ketiga apabila menimbulkan efek samping berbahaya.

“Kalau tidak aman, uji klinik sudah dihentikan dari awal, dengan kata lain tidak boleh naik kelas. Ini sudah bisa dikatakan aman, fase satu sudah ada report-nya, aman, kemudian dilanjutkan dengan fase dua, sudah dilaporkan aman,” kata Cissy dalam siaran pers, Jumat (30/10).

Cissy menyampaikan bahwa kandidat vaksin Sinovac melaporkan hasil uji klinis kesatu dan kedua dalam jurnal internasional. Namun, mereka belum melaporkan uji klinik fase tiga karena vaksin masih dalam proses pengembangan.

Sebelumnya, dalam pembukaan rapat terbatas Presiden Joko Widodo telah menyampaikan agar vaksinasi Covid-19 tidak dilakukan terburu-buru dan tetap harus mengikuti standar kesehatan yang tepat. Hal ini dikarenakan keamanan vaksin menjadi perhatian utama masyarakat, pakar, maupun peneliti.

Hingga saat ini, terdapat sebelas perusahaan bioteknologi telah mencapai uji klinik fase tiga, seperti Moderna, Pfizer, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson. Moderna menjadi perusahaan pengembang vaksin Covid-19 yang akan pertama kali melaporkan data uji coba tahap akhir pada November mendatang.

Sementara itu dalam Coronavirus Vaccine Tracker milik New York Times, hingga 29 Oktober terdapat  beberapa kandidat vaksin yang masih menjalani uji klinik fase dua seperti Zydus Cadilla, Curevac, dan Anhui Zhifei Longcom.

Sementara itu, meski pelaksanaannya masih harus menunggu hasil uji klinis, pemerintah Indonesia terus menjalankan persiapan vaksinasi Covid-19. Di antara persiapan yang dikebut logistik hingga sumberdaya manusia (SDM) vaksinasi.

Berikut adalah Databoks yang menggambarkan rencana vaksinasi Covid-1 oleh pemerintah Indonesia hingga 2021:

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyatakan, vaksin Covid-19 harus disimpan pada suhu antara 2-8 derajat Celsius. Bagaimanapun, ketentuan suhu penyimpanan tersebut sebenarnya hampir sama untuk hampir semua jenis vaksin, kecuali polio yang dapat bertahan hingga pada suhu 20 derajat Celsius.

Sebelum vaksinasi berjalan, Wiku kembali mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan melalui Gerakan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. "Semakin disiplin masyarakat patuh, maka semakin efektif penanganan pandemi Covid-19," kata Wiku.

Wiku menunjukkan bahwa beberapa jurnal internasional menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko penularan sebesar 35%.

Sedangkan memakai masker kain dapat menurunkan risiko penularan sebesar 45%, dan masker bedah dapat menurunkan risiko penularan hingga 70%. Yang paling utama, menjaga jarak minimal 1 meter dapat menurunkan risiko penularan sampai dengan 85%. 

Penyumbang bahan: Agatha Lintang