Survei Kemenkes: 7% Penduduk RI Menolak Vaksinasi Covid-19

ANTARA FOTO/REUTERS/Rospotrebnadzor Federal Service for Surveillance on Consumer Rights Protection and Human Wellbeing/Handout /HP/dj
Ilustrasi, botol berisi vaksin virus corona. Sebesar 7% masyarakat Inonesia menolak vaksin Covid-19 dengan berbagai alasan.
18/11/2020, 10.54 WIB

Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) melaksanakan survei nasional tentang vaksin virus corona. Hasil survei itu menunjukkan bahwa 7% masyarakat ragu dan menolak vaksinasi Covid-19.

Ada beberapa alasan penolakan vaksin virus corona. Beberapa di antaranya terkait faktor keamanan, efektivitas, dan kehalalan.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan pemerintah terus memastikan aspek keamanan dan kehalalan vaksin dari para produsen. Tim Gabungan yang terdiri dari berbagai kementerian dan lembaga juga telah dikirim ke negara produsen untuk memastikan aspek tersebut.

Pemerintah juga terus sosialisasi dan edukasi mengenai vaksin Covid-19 kepada masyarakat. “Sangat penting bagi kami untuk terus memastikan bahwa vaksin tersebut aman. Kami juga melibatkan petugas kesehatan dan membangun kapasitas mereka, karena petugas kesehatan merupakan sumber informasi paling terpercaya di masyarakat,” ujar Oscar dilansir dari covid-19.go.id pada Selasa (17/11).

Di sisi lain, survei menunjukkan tiga perempat responden telah mendengar tentang vaksin C0vid-19, dan dua pertiga responden menyatakan bersedia menerima vaksin tersebut. 

Meskipun tingkat penerimaan berbeda-beda di setiap provinsi tergantung status ekonomi, keyakinan agama, status pendidikan, serta wilayah. Seperti Papua yang memiliki tingkat penerimaan vaksin paling tinggi dengan 75%. Sedangkan Aceh menjadi provinsi dengan tingkat penerimaan terendah dengan 46%. 

Kelompok masyarakat dengan informasi yang lebih banyak seputar vaksin juga cenderung menerima program pemerintah tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada responden dengan kepemilikan asuransi kesehatan. yang sebagian besar lebih mungkin menerima vaksin Covid-19.

Ketua ITAGI Prof. Sri Rezeki S Hadinegoro mengatakan mayoritas masyarakat mau menerima vaksinasi karena ingin segera keluar dari pandemi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan vaksin cukup dan aksesnya merata.

"Hal tersebut sangat penting untuk mencapai kekebalan kelompok,” kata Sri Rezeki.

Di sisi lain, perwakilan UNICEF Debora Comini mengatakan hasil survei akan digunakan untuk mengembangkan strategi vaksinasi Covid-19 yang efektif. Termasuk pendekatan komunikasi khusus yang memastikan bahwa seluruh masyarakat memiliki akses ke informasi yang akurat tentang keamanan dan efektivitas vaksin.

Meski begitu, UNICE mengingatkan masyarakat bahwa vaksinasi saja tidak akan cukup mengakhiri pandemi. Masyarakat harus tetap melaksanakan protokol kesehatan.

“Kita perlu terus memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak fisik jika ingin keluar dari krisis ini dalam posisi yang lebih kuat dari sebelumnya,” ujar Comini.

Survei yang didukungan UNICEF dan WHO itu berlangsung pada 19-30 September 2020. Pada pelaksanannya, survei tersebut mengumpulkan tanggapan lebih dari 115.000 orang, dari 34 provinsi yang mencakup 508 kabupaten/kota atau 99 persen dari seluruh kabupaten/kota.

 

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan