Pusat perbelanjaan atau mal yang sudah kembali beroperasi sejak Juni 2020 rupanya belum dapat memulihkan pendapatan sektor retail yang terpukul akibat pandemi corona. Pendapatan pusat perbelanjaan saat ini diperkirakan baru mencapai 40% dari kondisi sebelum pandemi.
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) pun memperkirakan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan hingga tiga bulan pertama tahun ini hanya akan mencapai 30 - 40% dari kondisi normal.
Hal ini berkaca pada libur natal 2020 dan tahun baru 2021 yang tidak memicu lonjakan pengunjung lantaran daya beli masyarakat yang belum pulih. Padahal, momen libur besar biasanya mendorong peningkatan pengunjung 30 - 50%.
"Saat ini tren kunjungan ke pusat perbelanjaan cenderung datar. Peningkatan kunjungan mungkin baru terjadi pada semester-II 2021," kata Wakil Ketua Umum APPBI, Alphonzus Widjaja, kepada Katadata.co.id, Selasa (5/1).
Oleh karena itu, lanjut Alphonzus, APPBI mengharapkan bantuan dari pemerintah. Pasalnya saat ini pengelola pusat perbelanjaan sudah tidak memiliki dana cadangan. Bantuan tersebut dapat berupa subsidi gaji untuk para pegawai.
Sebab, tak sedikit dari pekerja yang gajinya dipangkas, bahkan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurut dia turunnya pendapatan mal menjadi masalah utamanya. Sebab, minimnya pendapatan tidak bisa menutup beban operasional, meski pengelola sudah melakukan efisiensi.
Dia memprediksi kondisi usaha pusat perbelanjaan baru mulai pulih setelah program vaksinasi berjalan. “Ini (vaksinasi) diperkirakan baru akan dilaksanakan triwulan I dan II. Pusat perbelanjaan lama pulih karena daya beli masyarakat sangat berpengaruh terhadap pola belanja dan tingkat penjualan,” kata dia.
Bangun Kepercayaan Konsumen
Sebelumnya, Managing Partner Inventure Indonesia Yuswohady mengatakan, mal diramal sepi pengunjung bahkan hingga vaksin didistribusikan. Karena itu dia menilai, pengelola mal memiliki pekerjaan besar dalam membangun customer confidence.
Menurutnya, kepercayaan konsumen itu diantaranya mencakup masalah kebersihan, kesehatan, keamanan juga lingkungan (cleanliness, healthiness, safety, environment/CHSE). Oleh sebabnya dia menilai, kemampuan dalam menerapkan kepercayaan konsumen, akan menentukan kebangkitan bisnis mal.
Hal senada juga diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Panen Lestari Internusa (SOGO) Handaka Santosa. Dia memperkirakan, industri retail memerlukan waktu lama untuk kembali pulih seperti sebelum pandemi Covid-19.
Terlebih, sejak pandemi sektor ini turut mengeluarkan biaya tambahan untuk menyediakan alat kesehatan, serta memperketat protokol kesehatan.
“Ini dilema. Kalau sehat tapi tidak ada uang, ya susah. Karena itu kegiatan belanja harus ada, karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu penggerak terbesar konsumsi masyarakat,” ujar dia.