Menurutnya, perbedaan efikasi di setiap negara tidak bisa dibandingkan lantaran perbedaan jumlah, populasi, dan karakteristik subjek di setiap negara. "Namun yang terpenting, persyaratan WHO mengenai efikasi lebih besar dari 50% telah terpenuhi," kata Penny.

Dia juga mengatakan meski jumlah relawan uji klinis di Indonesia lebih sedikit, namun pengujian di Bandung telah mengikuti metodologi yang tervalidasi secara saintifik sesuai arahan WHO.

Penny pun memastikan, bila ada perbedaan hasil uji klinis di Indonesia dengan uji klinis di Brasil dan Turki, hal itu terjadi karena ada perbedaan profil relawan. Dia menjelaskan, relawan di Brasil dan Turki fokus pada tenaga medis.

Dia juga mengatakan ke depannya, vaksin corona selain Sinovac tidak memerlukan uji klinis lagi di Tanah Air. Ini lantaran BPOM akan menggunakan skema reliance dengan otoritas di negara lain yang telah memberikan EUA. Ini artinya, pemerintah mempercayai proses pemberian lampu hijau di negara lain sehingga RI akan merujuk negara tersebut.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman berharap, BPOM sebaiknya tidak terburu-buru dalam memberikan izin EUA. Ia pun menilai meski data uji klinis Brasil bisa jadi rujukan, namun lebih baik bila BPOM dapat menunggu data hasil uji klinis dari Bandung.

"Kalau dilakukan short cut, yang terjadi ialah ketidakpercayaan masyarakat," ujar dia.

Kesiapan Rantai Pendingin 

Kementerian Kesehatan telah menetapkan enam jenis vaksin yang akan digunakan, yaitu vaksin Merah Putih dari PT Bio Farma, Lembaga Eijkman, & Sinovac Biotech, vaksin AstraZeneca dari AstraZeneca & Universitas Oxvord, dan vaksin Sinopharm dari China National Pharmaceutical Group Corporation.

Kemudian, ada vaksin Moderna dari Moderna, NIH, vaksin Pfizer Inc dan BioNTech dari Pfizer Inc dan BioNTech, dan vaksin Sinovac dari Sinovac Biotech.

Namun, sejauh ini WHO baru memberikan izin penggunaan darurat pada vaksin Pfizer. Pemerintah pun menyiapkan 50 juta dosis untuk pesanan pasti dan 50 juta  dosis pesanan opsi. Tetapi, vaksin itu harus disimpan dalam keadaan yang sangat dingin, yakni pada suhu -70 derajat Celcius

Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan, pihaknya akan meminjam storage khusus ultra-low temperature k ePfizer. "Itu untuk ke daerah yang memungkinkan untuk diberikan vaksinasi," ujar dia.

Ia pun memastikan, distribusi vaksin Pfizer dilakukan secara selektif dan hati-hati. Nantinya, lokasi pengiriman vaksin juga akan dilakukan secara selektif lantaran vaksin tersebut membutuhkan penanganan khusus.

SEBANYAK 1,8 JUTA VAKSIN SINOVAC KEMBALI TIBA DI INDONESIA (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.)

Tak hanya Bio Farma, pengusaha rantai pendingin juga akan ikut dalam pengadaaan kontainer bersuhu rendah. Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengatakan dua anggota ARPI telah menyiapkan kontainer ukuran 20 feet dengan suhu minus 70 derajat Celsius. Sedangkan satu container bisa menampung 300 ribu dosis vaksin.

Dia mengatakan, pengadaan kontainer dengan suhu tersebut membutuhkan biaya Rp 2 miliar per kontainer. Impor akan dilakukan dalam bentuk utuh (CBU) dari negara pemasok cold storage di Eropa, Jepang, Korea Selatan, Amerika, hingga Tiongkok. "Selama ini, suhu storage di Indonesia paling minus 25 derajat Celcius," ujar dia.

Sementara, vaksin juga membutuhkan kotak pendingin (cool box) untuk distribusi. Tak hanya itu, cool box untuk penyimpanan vaksin Pfizer memerlukan tambahan dry ice. Ini lantaran kotak pendingin buatan dalam negeri baru memiliki suhu hingga minus 5 derajat Celsius.

Adapun, satu cool box dengan kapasitas 50 liter bisa menampung 500 dosis vaksin. Harganya pun berkisar Rp 10 juta untuk satu unit cool box, sedangkan impor 1 kilogram dry ice mencapai Rp 150 ribu-200 ribu.

ARPI pun menyatakan siap bila sewaktu-waktu ada permintaan untuk pengadaan kontainer dan kotak pendingin. Ia juga memastikan Indonesia tetap akan mendapatkan jatah impor rantai pendingin di tengah kebutuhan vaksinasi di berbagai negara.

"Dua anggota kami sudah ada agreement sehingga kalau sewaktu-waktu diperlukan, sudah ada kuota," ujar dia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika