Pemantauan Distribusi Vaksin Covid-19 Gunakan Teknologi Tinggi

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Petugas kesehatan menyuntikan dosis kedua vaksin COVID-19 Sinovac ke seorang tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Mohammad Hoesin Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (29/1/2021). Sebanyak 2.603 tenaga kesehatan di lingkungan RSUP Mohammad Hoesin menerima dosis kedua vaksin.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
29/1/2021, 20.36 WIB

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan pihaknya terus melakukan pemantauan distribusi vaksin. Dari hasil pemantauan, ada sejumlah masukan yang diberikan, seperti ketersediaan genset cadangan dan alat cek indikator temperatur.

"Namun saya lihat telah dilakukan perbaikan atas koreksi yang sudah diberikan sebelumnya," ujar dia.

Ia menilai, kerja sama antara pemerintah, dinas kesehatan, Bio Farma, dan pelayanan kesehatan menjadi penting. Kerja sama tersebut harus dilakukan dalam satu sistem pengawasan mutu vaksin yang dilakukan secara bersama. 

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Bio Farma memang memiliki fasilitas pemantauan suhu vaksin yang bisa dipantau setiap detik. Namun, distribusi vaksin tidak bisa dipantau secara daring di 34 provinsi.

"Bio Farma bisa memantau secara online. Ke mana bergerak, suhu keliatan. Tapi begitu serah terima ke provinsi, data itu hilang," ujar dia.

Hal ini terjadi karena ketidaksiapan infrastruktur di daerah. Oleh karena itu, pemantauan vaksin di daerah harus menggunakan sistem manual. Namun sejak ada revisi Undang-Undang Otonomi Daerah, tidak semua sistem manual di daerah berjalan dengan baik.

"Sehingga kami ada rasa kekhawatiran. Kita tidak tahu sampai sana, vaksin bagus atau rusak," kata Budi. Ia pun tengah mencari solusi untuk menyelesaikan masalah distribusi vaksin.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika