Presiden Joko Widodo mengatakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini masih kekurangan pasokan air bersih. Karena itu, pemerintah membangun tujuh bendungan di wilayah tersebut untuk memenuhi kebutuhan air.
Hingga saat ini, baru tiga dari tujuh bendungan di NTT yang telah rampung dan beroperasi. Terbaru, Jokowi meresmikan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, Selasa (23/2).
Dua bendungan lain adalah Bendungan Raknamo, Kupang yang rampung 2018 dan Bendungan Rotiklot, Belu yang telah diresmikan setahun setelahnya. Empat lainnya adalah Bendungan Temef di Timor Tengah Selatan, Lambo di Nagekeo, serta Kolhua dan Manikin di Kupang. "Tinggal 4 bendungan dalam proses," ujar Jokowi di Bendungan Napun Gete, Sikka, Selasa (23/2).
Belum selesai empat bendungan, Jokowi telah menerima permintaan dari Gubernur NTT Viktor Laiskodat untuk menambah dua bendungan. Jokowi lantas meminta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono merealisasikan hal tersebut.
Presiden mengatakan wilayah seperti Sumba Tengah memerlukan pasokan air dalam jumlah besar. Apalagi kekurangan air membuat ekspor sapi dari kabupaten tersebut ke Hongkong terhenti. "Sangat dibutuhkan seperti Napun Gete (di Sikka)," kata Jokowi.
Selain itu bendungan juga diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan peternakan. Presiden yakin, NTT akan mencapai kondisi yang makmur saat bendungan telah selesai dibangun.
Jokowi juga meminta kepada Menteri Pertanian agar panen di Sumba Tengah bisa mencapai 3 kali dalam setahun, naik dari sebelumnya 1 kali dalam setahun. "Saya minta pada Mentan untuk panen (padi) dua kali plus jagung satu kali, artinya tiga kali. Ini lompatan produktivitas," katanya.
Bupati Sikka Fransiskus Robertus Diogo mengatakan, Bendungan Napun Gete merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dibangun mulai Desember 2016. Total biaya pembangunan mencapai Rp 880 miliar.
Kapasitas tampung bendungan mencapai 11,22 juta meter kubik dengan luas genangan 99,78 hektare. Sementara, debit air mencapai 214 liter per detik yang akan digunakan untuk irigasi seluas 300 hektare.
Tak hanya itu, bendungan tersebut memiliki potensi listrik 0,1 MW. "Kemudian kebutuhan pelayanan air minum bagi 200 ribu jiwa atau 2/3 penduduk Sikka," katanya.
Di luar itu, bendungan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sektor pariwisata dan pengendalian banjir di daerah hilir. Pembangunan bendungan juga menjadi upaya pemenuhan hak dasar masyarakat, termasuk penanganan kekerdilan (stunting).
Dengan bendungan tersebut, pemerintah dan masyarakat Sikka akan menggalakkan peningkatan indeks per tanaman dari 100 menjadi 300 atau tanam tiga kali dalam setahun. "Ini untuk tingkatkan produktivitas pertanian dalam upaya ketahanan pangan dan pemulihan ekonomi nasional," kata dia.