Federasi Obesitas Dunia menyatakan risiko kematian akibat Covid-19 mencapai 10 kali lebih tinggi di negara-negara yang sebagian besar penduduknya kelebihan berat. Hal itu berdasarkan data kematian dari Universitas Johns Hopkins (JHU) dan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Dari data tersebut, tim menemukan bahwa 2,2 juta orang dari 2,5 juta kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan pada akhir Februari 2021 terjadi di negara-negara yang setengah populasinya obesitas. Sedangkan berdasarkan analisa dan studi para peneliti di 160 negara, tingkat kematian Covid-19 meningkat seiring dengan prevalensi obesitas di negara-negara tersebut.
Mereka mencatat bahwa hubungan tersebut tetap ada bahkan setelah disesuaikan dengan usia dan pendapatan per negara. Selain itu, peneliti juga mendapatkan bahwa setiap negara yang kurang dari 40% populasinya kelebihan berat badan memiliki tingkat kematian Covid-19 yang rendah, tidak lebih dari 10 orang per 100.000 kasus.
Salah satunya Vietnam yang menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian Covid-19 terendah di dunia. Vietnam mencatat tingkat kematian akibat virus tersebut hanya 0,04 per 100.000 orang.
Sedangkan populasi yang kelebihan berat badan di negara itu mencapai 18,3%. Negara lain yang termasuk dalam daftar angka kematian rendah dengan pola serupa di antaranya Jepang, Thailand, dan Korea Selatan.
Namun, negara-negara yang memiliki lebih dari 50% populasinya kelebihan berat badan memiliki tingkat kematian Covid-19 lebih dari 100 per 100.000 orang. Contohnya di Amerika Serikat (AS) yang mencatat 152,49 kasus kematian per 100.000 orang. Adapun 67,9% populasi orang dewasa di negara tersebut kelebihan berat badan.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa usia menjadi faktor utama rawat inap dan kematian akibat Covid-19. Adapun pada uruatan kedua ditempati kelebihan berat badan sebagai faktor pendukungkasus meninggal akibat virus corona.
"Usia tua tidak dapat dihindari, tetapi kondisi yang berkontribusi terhadap kelebihan berat badan dan obesitas dapat sangat dihindari jika pemerintah dan kita semua bekerja sama untuk mengurangi dampak penyakit ini," kata Johanna Ralston, CEO Federasi Obesitas Dunia seperti dilansir dari CNN.com pada Kamis (4/3).
Menurut dia, pemerintah di berbagai negara telah gagal mengatasi penyebab obesitas selama beberapa dekade terakhir. Padahal hal itu bisa mencegah ratusan ribu kematian.
"Pemerintah telah lalai dan mengabaikan nilai ekonomi dari populasi dalam bahaya kesehatan. Selama dekade terakhir mereka gagal mengatasi obesitas, meskipun mereka menetapkan target pada pertemuan PBB," ujar penulis laporan tersebut, Dr. Tim Lobstein.
Lebih lanjut Lobstein mengatakan bahwa kelebihan berat badan juga dapat memperburuk masalah kesehatan dan infeksi virus selain Covid-19, seperti H1N1, flu dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Forum Obesitas Dunia pun menyarankan untuk memprioritaskan mereka yang hidup dengan obesitas dalam pengujian dan vaksinasi Covid-19.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa laporan tersebut harus dijadikan peringatan bagi pemerintah secara global. "Korelasi antara obesitas dan tingkat kematian akibat COVID-19 jelas dan menarik," kata Tedros.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, hampir tiga perempat populasi kelebihan berat badan atau obesitas. Sedangkan Otoritas Kesehatan Nasional (NHS) Inggris menyatakan bahwa 67% pria dan 60% wanita kelebihan berat badan atau obesitas.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan