Kekerasan Rasial Terhadap Warga Asia Meningkat Akibat Covid-19
Pandemi Covid-19 belum berhenti menghantui kehidupan seluruh penduduk dunia. Satu tahun lebih setelah virus corona berkecamuk, lebih dari 123 juta penduduk dunia terinfeksi dan menyebabkan kematian tak kurang dari 2,7 juta jiwa.
Covid-19 juga melahirkan sentimen bagi Asia –secara umum—dan Tiongkok –secara khusus, yang dianggap menjadi sumber dari pageblug ini. Di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia pelecehan dan kekerasan terhadap orang-orang Asia jamak ditemukan.
Di Negeri Paman Sam, Grup Advokasi Stop AAPI Hate mengaku mendapat lebih dari 2.800 laporan diskriminasi yang ditujukkan kepada mereka yang punya keturuanan Asia sejak Maret – Desember 2020. Mengutip BBC, Minggu (21/3), bentuk serangannya beragam mulai dari kekerasan verbal, diskriminasi di tempat kerja, diludahi, sampai kekerasan fisik.
Sentimen terhadap orang keturunan Asia bahkan memakan korban jiwa. Februari lalu, di California, seorang imigran 84 tahun asal Thailand didorong hingga jatuh dan tewas. Hal ini kemudian memancing banyak patroli dan pos polisi ditambahkan di wilayah pecinan. Puncaknya, penembakan massal bermotif rasial terjadi di Atlanta 16 Maret lalu, delapan orang tewas, 6 di antaranya warga keturunan Asia.
Kasus serupa ditemukan juga di Eropa. Pelecehan berbau rasis terhadap mereka yang keturunan Asia dan Tiongkok secara khusus kerap terjadi.
Berdasarkan laporan Badan Hak Fundamental (FRA) Uni Eropa disebutkan pandemi Covid-19 memicu peningkatan insiden rasis dan xenophobia terhadap orang keturunan Tiongkok atau Asia. Termasuk di dalamnya penghinaan verbal, pelecehan, agresi fisik, dan ujaran kebencian online.
Selain itu diskriminasi juga mereka alami dalam mengakses layanan kesehatan. Tidak hanya itu dilaporkan juga beberapa politisi dan tokoh masyarakat di negara-negara Uni Eropa melecehkan dan menyerang warga keturunan Asia.
Sementara di Australia kasus rasis juga banyak ditemukan. Mengutip Guardian, polisi menerima setidaknya 12 laporan dalam satu hari sejak April 2020 terkait penghinaan rasial dan serangan fisik terhadap warga Asia. Salah satu kasus yang paling menonjol, seorang gadis berusia 15 tahun kedapatan polisi memukul wajah seorang wanita keturuanan Asia berusia 26 tahun di Brisbane akibat dituduh terinfeksi Covid-19.
Pihak berwajib pun sempat melakukan survei terhadap orang-orang Asia untuk menindaklanjuti hal ini. Hasilnya didapatkan, 62 persen insiden rasis dialamatkan terhadap perempuan. Selain itu ditemukan 147 insiden rasis dirasakan secara langsung, 18 aktivitas di media online, dan 13 lainnya.
Sementara terkait bentuknya, lebih dari 60 persen responden menjawab penghinaan rasial, 21 persen ancaman verbal, dan 15 persennya bahkan mengalami intimidasi fisik mulai dari didorong sampai dipukul. Insiden pun banyak terjadi di tempat umum, 23 persen mengaku mengalami insiden rasis di supermarket, 15 persen di angkutan umum, 12 persen di pusat perbelanjaan, dan 11 persen di taman umum.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan