Lima Faktor yang Mempengaruhi Tercapainya Target Vaksinasi

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Petugas kesehatan memasukan vaksin COVID-19 ke jarum untuk disuntikkan kepada pemuka agama saat vaksinasi COVID-19 massal dosis pertama di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (23/3/2021). Sebanyak 350 orang pemuka agama di Palembang mendapatkan penyuntikan vaksin COVID-19 Sinovac dosis pertama.
27/3/2021, 16.30 WIB

Pemerintah Indonesia telah memulai program vaksinasi Covid-19 sejakpertengahan Januari 2021. Kementerian Kesehatan menghitung waktu yang diperlukan sekitar 15 bulan untuk memvaksinasi target sebanyak 181,5 juta orang.

Hingga hari ini, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat terdapat 6,9 juta orang yang menerima vaksin pertama. Adapun jumlah orang yang sudah menerima vaksinasi kedua sejumlah 3,1 juta orang.

Peneliti Kesehatan Masyarakat, Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Ermi Ndoen pada tulisannya di laman The Conversation menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya proses vaksinasi.

 Pertama, ketersediaan vaksin yang mencukupi. Ermi menyatakan bahwa ketersediaan dan permintaan vaksin menjadi aspek dalam pengendalian penanganan Covid-19. Indonesia sendiri telah menerima 16 juta vaksin Covid-19 merek Sinovac pada Kamis (25/3). Pengiriman tersebut merupakan kali keenam vaksin asal Tiongkok tersebut datang di Tanah Air.

Kedua, distribusi yang memadai. Pengiriman vaksin Covid-19 dilakukan oleh PT Bio Farma dan disebar untuk 181 juta orang. Ermi menekankan kesiapan sarana dan infrastruktur transportasi akan mempengaruhi kecepatan waktu distribusi vaksin ke seluruh daerah di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, beberapa tantangan seperti infrastruktur transportasi, cuaca, dan tantangan alam dapat membuat distribusi terhambat. Khususnya daerah yang hanya dapat dilalui melalui jalur laut.

Ketiga, kapasitas rantai dingin (cold chain equipment) untuk penyimpanan vaksin. Sebagai produk biologis, vaksin memiliki kerentanan akan perubahan suhu. Oleh karenanya, fasilitas rantai dingin yang menyimpan vaksin pada suhu 2-8 derajat Celsius sangat penting agar vaksin dapat sampai dengan selamat ke berbagai daerah di Indonesia.

Indonesia sendiri sempat menghadapi kendala pada pertengahan Januari lalu terkait distribusi vaksin. Sebab terdapat delapan provinsi yang tidak bisa langsung terima dosis karena terkendala kapasitas rantai dingin yang belum memadai.

“Kami terus berkoordinasi dengan kepala dinas kesehatan. Kami khawatir ini baru batch 1,2 juta dosis, kalau kita kirim sisanya bacth 1,8 juta dosis lebih besar tekanannya. Apalagi nanti kita kirim yang 17 juta dosis,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi pada rapat kerja dengan Komisi IX DPR tentang ketersediaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 (12/1).

Keempat, adanya tenaga vaksinator yang dipersiapkan dengan matang. Pada pertengahan Januari, Kemenkes menyebutkan telah terdapat 31 ribu vaksinator yang siap melaksanakan penyuntikan vaksin.

Di sisi lain, Ermi menyebutkan bahwa cakupan vaksinasi harian di Indonesia masih di bawah 100 ribu suntikan. Oleh karenanya, jumlah vaksinator dan logistik berdasarkan taget harian yang akan divaksinasi harus dipastikan konsisten tersedia hingga 2022 mendatang.

Kelima, kesiapan masyarakat dan komunikasi risiko menjadi aspek penting pada kelancaran proses vaksinasi. Berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC) yang bertajuk “Survei Kesediaan Divaksinasi Covid-19”, memperlihatkan terdapat 46% masyarakat yang belum memutuskan dan tak bersedia divaksinasi. Sedangkan, dari 5.341 responden dalam keadaan belum divaksin, terdapat 54% masyarakat yang bersedia divaksinasi.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan