Jakarta dinobatkan sebagai kota termahal di dunia urutan ke-20 menurut laporan Julies Baer’s Global Wealth and Lifestyle Report 2021. Menurut laporan ini Jakarta lebih mahal dibandingkan kota Vancouver (Kanada), Sao Paulo (Brasil,) Mexico City (Meksiko), Johannesburg (Afrika Selatan), dan Mumbai (India).
Sementara itu kota yang dinobatkan kota termahal di dunia di antaranya Shanghai (Tiongkok) di urutan pertama, kemudian Tokyo (Jepang), Hong Kong, Monaco, dan Taipei (Taiwan).
Laporan ini mengukur kota termahal berdasarkan harga sejumlah barang gaya hidup (lifestyle) seperti sepeda, mobil, perhiasan, tas wanita, jas pria, harga properti tempat tinggal, alat teknologi, treadmill, jam tangan, serta minuman beralkohil whisky dan anggur.
Kemudian harga tiket pesawat kelas bisnis, asuransi kesehatan, harga kamar hotel suite, lasik mata, tarif pengacara, dan harga makan malam mewah (degustation dinner). Semuanya diukur dengan peringkat 1 – 25, dimana peringkat 1 artinya paling mahal dan 25 artinya paling murah di antara 25 kota yang dinilai.
Dari beberapa item tersebut, tas wanita di Jakarta mendapat peringkat 2 di bawah Manila (Filipina), yang artinya harga tas wanita bermerek di ibu kota merupakan yang termahal kedua. Lalu disusul whisky (3), sepatu wanita (5), jas pria (6), tiket pesawat kelas bisnis (7), dan mobil (8).
Meski demikian, harga perangkat teknologi (laptop, smartphone) di Jakarta menempati peringkat ke-25 yang artinya paling murah di antara 25 kota yang dinilai. Termasuk harga properti residensial (21), lasik mata dan pengacara (20), perhiasan (19), jam tangan (18), dan asuransi kesehatan (17).
Menanggapi laporan tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengaku heran dengan dinobatkannya Jakarta sebagai kota termahal urutan ke-20 di dunia.
"Nanti kita cek kenapa dia katakan mahal, indikatornya apa, parameternya apa, sudut mana yang dilihat?," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Selasa.
Riza menegaskan bahwa harga-harga di Jakarta khususnya harga kebutuhan pokok tidak mahal, malah terjangkau dan dapat dibeli sesuai dengan kemampuan warganya.
"Harga-harga terjangkau dengan baik, tidak ada yang mahal di Jakarta, semua sesuai kemampuan kita, termasuk kebutuhan pangan, termasuk saat musim Ramadhan dan Idul Fitri, Insya Allah tidak ada gejolak harga," tutur Riza.