Suramadu Disekat karena Corona, Warga Madura Demo Wali Kota Surabaya

ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wsj.
Sejumlah warga dari Pulau Madura keluar dari mobilnya saat mengantre masuk ke Surabaya di akses keluar Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (6/6/2021). Ratusan warga Madura menggelar unjuk rasa pada Senin (21/6) menolak penyekatan Suramadu.
21/6/2021, 16.35 WIB

Penyekatan Jembatan Suramadu yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya demi mencegah Covid-19 menuai penolakan. Ratusan warga Pulau Madura menggeruduk Balai Kota Surabaya menolak penutupan akses yang menghubungkan Kota Pahlawan dengan Kabupaten Bangkalan tersebut.

Dikutip dari Antara, massa meminta penghentian penyekatan yang menurut mereka diskriminatif serta menggelar tes cepat antigen di tempat hiburan. Demonstran juga mendesak Eri untuk meminta maaf kepada warga Madura atas penyekatan yang dianggap diskriminatif. Pengunjuk rasa juga membentangkan poster “Di Madura tidak ada corona, yang ada markona”.

“Kami minta Pak Eri menemui kami dan penyekatan dihentikan,” kata salah seorang peserta aksi yang bernama Nasikin di depan Balai Kota Surabaya, Senin (21/6) dikutip dari Antara.

Awalnya Eri menyampaikan akan menerima 20 orang perwakilan pendemo. Meski demikian, pengunjuk rasa tidak terima dan melempar botol ke arah personel keamanan.

Wali Kota lalu menemui ratusan demonstran dan mengatakan aspirasi ini akan disampaikan kepada Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur. Ia mengatakan kebijakan ini diambil lantaran permintaan Pemprov Jatim dan pemerintah Kabupaten Bangkalan.

“Jadi bukan Surabaya yang melakukan penyekatan, kami sifatnya hanya membantu,” kata Eri.

Eri sebelumnya mengatakan arahan Gubernur Khofifah Indar Parawansa tersebut diatur dalam surat Sekda Provinsi Nomor 188/12898/013.1/2021 tanggal 17 Juni lalu. “Beliau (Khofifah) yang menentukan. Saya hanya menjalankan arahan untuk memutus penyebaran Covid-19,” katanya.

Kasus Covid-19 dua pekan lalu memang melonjak di Bangkalan. Bahkan, rumah sakit setempat sampai menutup Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada 5 Juni sampai 8 Juni 2021.

Dalam surat yang diterima Katadata.co.id, Nunuk Kristiani, Direktur UOBK RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan meminta izin kepada Bupati Bangkalan untuk menutup sementara pelayanan di IGD rumah sakit. Hal itu perlu dilakukan untuk melindungi tenaga kesehatan yang melayani pasien Covid-19.

"Hal ini memperhatikan kondisi penyebaran penularan Covid-19 di Kabupaten Bangkalan dalam beberapa hari mengalami peningkatan kasus yang signifikan, serta adanya tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif dan meninggal dunia," demikian tertulis dalam surat dengan perihal Permohonan Lockdown Ruang IGD pada Sabtu (5/6).

Buntutnya, otoritas setempat harus menyekat Jembatan Suramadu dan menjadikan rest area yang ada di jembatan tersebut sebagai lokasi isolasi. “Ada delapan ‘food court’ yang bisa dijadikan tempat isolasi,” kata Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron, Rabu (16/6) lalu.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan