Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan vaksin Covid-19 jenis Pfizer akan mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA). Dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, BPOM menyebut izin tersebut akan turun hari ini, Rabu (14/7).
Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan, data-data terkait vaksin Pfizer sudah lengkap. Tim Komisi Nasional Penilai Obat juga telah melakukan peninjauan lebih lanjut. “Jadi, Pfizer segera dapat EUA,” kata Penny kemarin.
Selain Pfizer, BPOM juga tengah mengevaluasi izin darurat bagi vaksin Sputnik V. Namun, saat ini masih dilakukan peninjauan lebih lanjut karena Indonesia belum memiliki pengalaman impor vaksin dari Rusia. “Sedang dalam proses finalisasi. Mudah-mudahan tidak akan lama lagi Sputnik akan mendapatkan EUA,” ujarnya.
Selain dua vaksin virus corona tersebut, beberapa vaksin lainnya juga akan mendapatkan izin darurat BPOM. Termasuk dalam daftar tersebut adalah Novavax, Cansino dan Covaxin. Ketiganya masih membutuhkan uji komparibalitas serta data-data terkait khasiat, keamanan, dan mutu.
Pada awal bulan ini, BPOM telah memberikan izin darurat untuk vaksin Moderna. Nantinya, vaksin Moderna akan digunakan sebagai vaksin booster untuk para tenaga kesehatan.
Bagaimana Efikasi Vaksin Pfizer dan Sputnik?
1. Vaksin Pfizer
Melansir dari CNN Indonesia, Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, vaksin buatan Amerika Serikat ini akan tiba di Indonesia pada Agustus 2021.
Sebanyak 50 juta dosis vaksin Pfizer akan digunakan dalam program vaksinasi nasional. Sebelumnya, vaksin ini sudah mendapat izin penggunaan darurat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS pada Desember lalu.
Menurut Public Health England (PHE) pada Mei 2021 lalu, vaksin Pfizer 97% efektif dalam mencegah kematian akibat Covid-19. Setelah dosis pertama, perlindungannya mencapai 80%. Setelahnya, meningkat menjadi 97% setelah vaksinasi kedua.
Keberhasilan vaksin tersebut konsisten bagi seluruh usia, jenis kelamin, ras dan semua demografi etnis. Selain itu, Pfizer juga efektif digunakan pada anak berusia 12 sampai 15 tahun.
FDA telah menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 buatan Pfizer untuk anak usia tersebut. Vaksin Pfizer menjadi vaksin pertama di AS yang mendapat izin penggunaan pada anak.
Efek samping yang sering dilaporkan dari penerima vaksin ini adalah nyeri di nyeri di tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi hingga demam.
Efek samping ini disebut biasanya berlangsung beberapa hari. Namun, sebagai catatan, lebih banyak orang mengalami efek samping ini setelah menerima dosis kedua, dibanding dosis pertama.
2. Sputnik V
Salah satu jurnal medis terpercaya, Lancet, menerbitkan hasil uji klinis fase III dari vaksin Sputnik V. Jurnal tersebut menunjukkan Sputnik V memiliki efikasi 91,6% melawan Covid-19.
Hal ini berdasarkan uji coba dua dosis Sputnik V yang diberikan dalam selang waktu 21 hari. Ada pun vaksin asal Rusia ini akan menghasilkan respons imun yang kuat pada humoral dan sel.
Melansir Nature.com, data terbaru menunjukkan efikasi Sputnik adalah 97,6%. Data ini didapatkan berdasarkan analisis tingkat infeksi virus corona.
Analisis ini dilakukan pada 3,8 juta orang Rusia yang telah divaksinasi dengan kedua komponen Sputnik V, selama periode 5 Desember 2020 hingga 31 Maret 2021.
Efek samping yang ditimbulkan Sputnik V sejauh ini mirip dengan vaksin lainnya. Namun, berdasarkan laporan Otoritas Kesehatan Rusia, pasca pemberian Sputnik V, tidak pernah ada laporan kondisi pembekuan darah yang langka. Seperti yang terjadi pada vaksin AstraZeneca (buatan Inggris ) dan Johnson & Johnson (AS).
Berdasarkan laporan analisis terhadap 2,8 juta dosis Sputnik V di Argentina, sebagian besar hanya menimbulkan efek samping ringan. Tidak ada kasus kematian yang disebabkan akibat vaksinasi.
Negara Mana yang Lebih Dulu Pakai Pfizer dan Sputnik V?
Penggunaan vaksin Pfizer pertama kali disetujui di Inggris. Tepatnya pada 8 Desember 2020. Setelah itu diikuti oleh Bahrain dan 27 negara anggota Uni Eropa. Begitu pula dengan Kanada, Meksiko, Arab Saudi, dan AS.
Yang akan menyetujui vaksin Pfizer adalah kawasan Asia dan Australia, termasuk Indonesia. Sebelumnya, Singapura telah bergerak dulu. Negara tersebut pun jadi negara penerima vaksin Pfizer pertama di Asia.
Sedangkan penggunaan Sputnik V pertama kali diizinkan sejak 11 Agustus 2020 di Rusia, negara asalnya. Vaksin ini sempat menjadi kontroversi karena penggunaannya diizinkan sebelum hasil uji coba tahap awal dipublikasikan.
Sputnik V atau yang dikenal dengan Gam-COVID-Vac juga disetujui di 67 negara lainnya. Termasuk di antaranya ada Brasil, Hongaria, India, dan Filipina, Argentina, Venezuela dan Turki.
Namun, hingga kini, Sputnik belum menerima izin penggunaan darurat dari European Medicines Agency (EMA) atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Di negara asalnya pun, tingkat kepercayaan pada vaksin tersebut dinilai rendah. Pada 28 Juni, hanya sekitar 15% dari 140 juta populasi Rusia yang menerima satu dosis vaksin.
Reuters pada 23 Juni lalu menuliskan, WHO menemukan beberapa masalah dengan pengisian botol di satu pabrik yang memproduksi Sputnik V. WHO dan EMA masih melakukan peninjauan untuk kemungkinan pemberian izin pada Sputnik V.
Apa Beda Pfizer dan Sputnik dengan Vaksin yang Sudah Ada di RI?
Selama ini, Indonesia baru mengandalkan vaksin Sinovac dan AstraZeneca dalam program vaksinasi nasional. Pemerintah berharap vaksin merek lainnya dapat membantu upaya akselerasi program vaksinasi nasional selanjutnya.
Nadia juga sempat mewanti-wanti agar masyarakat tak lagi pilih-pilih jenis vaksin. Sebab, pemerintah telah menjamin vaksin yang digunakan di kedua program vaksinasi itu aman. Serta, telah melalui uji pemeriksaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Selalu ingat, WHO mengatakan jangan memilih vaksin karena semua vaksin itu sama baiknya,” ujarnya dikutip dari CNN Indonesia pada 16 Juni 2021.
Saat ini program vaksinasi nasional telah mulai memasuki tahapan ketiga yang akan menyasar masyarakat rentan dan masyarakat umum sesuai dengan pendekatan klaster.
Indonesia sendiri sejauh ini telah mengamankan 93.728.400 dosis vaksin, baik mentah (bulk) maupun vaksin jadi. Berdasarkan capaian vaksinasi yang dicatat Kemenkes per hari ini, 19 per 100 penduduk sudah mendapat satu dosis vaksin.
Penerima vaksin Covid-19 dosis pertama tercatat sejumlah 36.914.607 orang. Angka ini setara dengan 17,7% dari target sasaran vaksinasi yang mencapai 208,3 juta orang.
Sebanyak 15.190.998 orang di antaranya telah menerima suntikan vaksin dosis kedua. Dengan demikian, baru 7,3% target vaksinasi yang diinginkan pemerintah tercapai.
Penyumbang bahan: Alfida Febrianna (magang)
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan