Sri Mulyani: Pandemi Mungkin Akan Jadi Endemik Tahun Depan

Antara/Hafidz Mubarak
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehata 4M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan membatasi mobilitas.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
16/8/2021, 18.27 WIB

Pemerintah tengah mempersiapkan skema pola hidup baru bersama virus corona. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan,  situasi pandemi Covid-19 saat ini dapat berubah menjadi endemik.

"Kami melihat tahun 2022 pandemi mungkin akan menjadi endemik. Jadi sekarnag ini disiapkan langkah-langkah bagaimana Indonesia melakukan penyesuaian terhadap pandemi menuju endemik," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers nota keuangan dan RAPBN 2021, Senin (16/8).

Bendahara negara itu mengatakan, langkah penyesuaian diri diambil setelah ada alarm dari para ilmuwan bahwa Covid-19 tidak bisa sepenuhnya lenyap. Dia mengutip pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang 15 Juli lalu menyatakan, belum jelas kapan pandemi akan berakhir sekalipun negara-negara dunia terus bekerja keras melawan virus.

Selain itu, ia juga mengutip survei yang dibuat oleh Nature.com yang menyatakan 89% ilmuwan yakin pandemi Covid-19 akan menjadi endemi. Hasil survei tersebut dirilis Februari lalu, yang mana survei dikumpulkan dari 100 ilmuwan ahli penyakit menular, ahli imunologi dan virologi.

Kendati masih akan bertahan lama, Sri Mulyani juga mengingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehata 4M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan membatasi mobilitas. Sementara itu, pemerintah akan fokus mendorong implementasi 3T yang meliputi  tracing, testing dan treatment masih tetap penting. Akses vaksinasi dan ketersediaan sistem kesehatan yang memadai juga kunci menghadapi endemi.

"Jadi menuju kebiasaan baru hidup dengan endemi, vaksin tetap penting dan harus diakses seluas-luasnya," ujar Sri Mulyani.

Akses vaksinasi, menurut dia, menjadi penting terutama bagi negara berkembang dan pendapatan rendah untuk bisa pulih lebih cepat. Menurutnya, negara maju cenderung mulai mengalami pemulihan ekonomi yang cepat dibandingkan negara berkembang karena memiliki akses vaksinasi yang lebih maju.

Hal ini sebagaimana laporan Dana Monter Internasional (IMF) Juli lalu, menunjukkan negara maju rata-rata telah mencapai akses vaksinasi 40% terhadap total populasinya. Sebaliknya, negara berkembang seperti Indonesia rata-rata baru mencapai vaksinasi 10% sedangkan negara pendapatan rendah jauh lebih rendah sekitar 5%. 

Kendati mulai beradaptasi dengan Covid-19, Sri Mulyani memastikan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2022 masih akan fokus pada penangnan Covid-19.

"Covid-19 masih akan menjadi faktor yang masih akan mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam desain APBN 2022, jadi masih akan ada anggaran yang cukup signifikan untuk pengendalian Covid-19 dan vaksinasi" kata Sri Mulyani.

Presiden Jokowi dalam pidatonya pagi ini di sidang tahunan Majelis Permusyawaratn Rakyat (MPR) menguraikan, pemerintah menyediakan anggaran belanja tahun 2022 sebesar Rp 2.708,7 triliun. Alokasi untuk sektor kesehatan dipatok sebesar Rp 255,3 triliun, atau 9,4% dari belanja negara. Anggaran tersebut akan diarahkan untuk melanjutkan penanganan pandemi, reformasi sistem kesehatan, percepatan penurunan stunting, serta kesinambungan program JKN.

Selanjutnya, anggaran perlindungan sosial dialokasikan sebesar Rp 427,5 triliun. Selain dua klaster yang berkaitan dengan penanganan Covid-19, pemerintah juga menyediakan anggaran untuk belanja infrastruktur cukup besar yakni Rp 380 triliun.

Reporter: Abdul Azis Said

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan