Vaksin Merah Putih menjadi salah satu vaksin Covid-19 yang diproduksi dalam negeri. Vaksin yang digagas berbagai institusi dalam negeri ini rencananya akan diuji klinis pada akhir 2021. PT Bio Farma, perusahaan negara yang akan memproduksi vaksin ini menargetkan produksinya akan dimulai pada April 2022.
Saat ini calon vaksin tersebut tengah menjalani proses pengujian dan perizinan agar dapat segera disuntikkan. Harapannya, proses uji praklinis akan selesai pada November atau pertengahan Desember 2021.
Ketua Tim Peneliti Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair), Fedik Abdul Rantam mengatakan hasil Vaksin Merah Putih sudah mulai memasuki uji praklinis tahap kedua terhadap hewan.
“Uji praklinik tahap satu hasilnya baik, dari segi immunogenicity. Pendekatan respons imunnya juga tak hanya humoral tapi juga seluler, dan menunjukkan hasil yang menjanjikan,” kata Fedik dalam konferensi pers daring, Rabu, (18/8).
Imunitas humoral adalah kekebalan yang dihasilkan dari aktivitas unsur-unsur dalam darah dan jaringan limfoid, seperti antibodi, bukan sel. Sebaliknya, imunitas seluler kekebalan imunnya dihasilkan dari sel.
Apa itu Vaksin Merah Putih
Vaksin Merah Putih berbasis virus yang dilemahkan. Unair yang merupakan salah satu anggota konsorsium, mengembangkan Vaksin Merah Putih dengan platform inactivated virus. Sedangkan, LBM Eijkman mengembangkan Vaksin Merah Putih menggunakan platform protein rekombinan yang prosesnya lebih rumit dibandingkan dengan vaksin konvensional.
Vaksin berbasis protein rekombinan juga memiliki keunggulan lain, yakni penyimpanannya tidak membutuhkan suhu minus, seperti halnya vaksin berbasis mRNA. Vaksin berbasis protein rekombinan bisa disimpan di suhu 4 derajat celsius. Dengan kelebihan ini, vaksin protein rekombinan diharapkan bisa didistribusikan ke daerah pelosok tanpa tempat penyimpanan khusus.
Gabungan hasil penelitian dan pengembangan ini membuat calon vaksin ini cukup ampuh melawan virus corona. Vaksin Merah Putih sudah mulai diujicobakan terhadap varian Delta (B.1617.2). "Kemarin kami lakukan uji tantang melalui WGS (whole genome sequencing) isolat yang kami gunakan di uji tantang itu adalah varian Delta," ujarnya.
Dari hasil monitoring, calon vaksin Merah Putih mampu menetralisasi varian corona dengan baik.
"Tidak hanya varian Delta, tapi Epsilon, Beta. Di Indonesia yang banyak Delta, kami memonitor calon vaksin itu apakah bisa mengenali antibodi terhadap varian ini, dan sampai saat ini kemampuan netralisasi masih baik," ucap Fedik.
Siapa Dibalik Vaksin Merah Putih?
Pengembangan vaksin Covid-19 Merah Putih dipimpin Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman. Kepala LBM Eijkman Amin Subandrio mengatakan Total peneliti yang intens terlibat dalam pengembangan vaksin ini, sekitar 10 hingga 15 orang.
“Benar-benar kami pilih mereka yang punya kemampuan, pengalaman untuk mengerjakannya. Minimum master,” kata Amin.
Selain Eijkman, institusi pengembang vaksin dalam negeri ini, antara lain, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga.
Kendala dalam Pembuatan Vaksin Merah Putih
Amin mengungkapkan beberapa kendala dalam pembuatan vaksin. Salah satunya permasalahan dalam pengadaan peralatan. “Padahal kalau melihat dari komitmen pemerintah, melalui Kemenristek BRIN itu, sejak awal apapun yang dibutuhkan akan dipenuhi,” ungkapnya.
Ia menilai, kendala ini berpengaruh cukup signifikan dalam pengembangan vaksin. Peneliti harus menunggu 2 hingga 3 bulan untuk pasokan peralatan. Selama itu, proses pengembangan vaksin tidak berjalan. Akibatnya, ada kemunduran yang signifikan dalam seluruh proses.
“Belum lagi kami bekerja dengan bahan biologis, baik sel maupun virusnya sendiri. Sering kali harus bersabar, misalnya, yang kami harapkan dia tumbuh dalam 3-4 hari tapi ternyata 3-4 hari pertumbuhannya belum optimal jadi kita perlu tunggu,” lanjut Amin.
Selain itu, dalam proses pengembangan vaksin dibutuhkan fasilitas cGmP (Good Manufacturing Practices). Vaksin disiapkan harus dengan proses pembuatan yang bagus dan benar. Namun, fasilitas tersebut hanya dimiliki oleh BioFarma.
Sementara, di BioFarma sendiri, terdapat beberapa aktivitas produksi yang sedang berjalan. Sehingga, penggunaan fasilitas cGmP untuk Vaksin Merah Putih agak terhambat. “Biofarma juga berupaya untuk menyiapkan beragam fasilitas, ini juga merupakan salah satu kendala teknis juga,” katanya.
Kapan Akan Mulai Disuntikkan?
Menurut Amin, Vaksin Merah Putih baru bisa disuntikkan kepada masyarakat, setelah mendapat EUA atau emergency use authorization dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). “Uji klinis 1 dan 2 dan 3 itu akan memakan waktu 8 bulan, tetapi mudah-mudahan sebelum selesai fase 3 uji klinik kami sudah bisa mendapatkan EUA dari BPOM,” pungkas Amin.
Sejak awal, Vaksin Merah Putih ditargetkan akan rampung dalam 18-24 bulan. Maka dari itu, sambil menunggu persiapan vaksin ini, masyarakat dapat menggunakan vaksin lain terlebih dulu. Seperti Sinovac, Astrazeneca dan vaksin lain yang digunakan di Indonesia.
Sebagai informasi, menurut data Kemenkes per hari ini (18/8), total masyarakat Indonesia yang telah mendapat vaksin dosis pertama sebanyak 55.192.494 orang. Lalu, vaksin kedua sebanyak 29.403.345 orang. Sementara, total sasaran vaksinasi ialah 208.265.720 orang.
Setelah mendapat izin BPOM, nantinya, Vaksin Merah Putih pun dapat digunakan bagi masyarakat yang belum mendapat vaksin. Baik itu dosis pertama, kedua dan juga untuk booster. Selain itu, untuk membantu negara-negara lain, yang belum punya akses terhadap vaksin Covid-19.