Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 melonjak sebesar 7,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, Presiden Joko Widodo memperkirakan ekonomi pada kuartal berikutnya tidak akan tumbuh setinggi triwulan dua.
Jokowi menjelaskan hal ini terjadi lantaran kasus Covid-19 sempat mengalami peningkatan. Kondisi tersebut mengakibatkan ekonomi tidak bisa tumbuh secara maksimal.
"Kita pastikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal III pasti akan lebih rendah dari kuartal II," kata Jokowi dalam acara Sarasehan 100 Ekonom, Kamis (26/8).
Saat varian Delta merebak, lonjakan kasus positif sempat meningkat dari 2.633 pada 14 Mei menjadi 56.757 pada 15 Juli. Epidemiolog pun memperingatkan, tambahan kasus konfirmasi bisa mencapai 400 ribu kasus per hari apabila penularan tidak dikendalikan.
Meski demikian, pelan-pelan penambahan kasus Covid-19 mulai melandai. Hal ini juga tercermin dari turunnya tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) pasien Covid-19 di rumah sakit.
Pada 30 Juni, BOR RSDC Wisma Atlet Kemayorna sempat mencapai 90,8%. Namun, keterisian tempat tidur di Wisma Atlet telah menurun pada 25 Agustus menjadi 12%. Sementara, rata-rata BOR secara nasional menurun jadi 29,9%. "Hal ini patut kita syukuri," ujar Jokowi.
Pemerintah pun akan terus waspada terhadap potensi lonjakan kasus. Selain itu, pemerintah akan menjaga keseimbangan antara ekonomi dan kesehatan.
Kepala Negara juga berharap, pertumbuhan ekonomi akan semakin pulih secara bertahap. "Artinya Covid-19 tahap demi tahap bisa kita turunkan, bisa kita kurangi sehingga ekonomi tahap dmei tahap bisa kembali pulih ke normal," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mengarah ke level 3% yoy pada kuartal III 2021, lebih rendah daripada perkiraan semula yang mencapai sekitar 4%. David menilai, konsumsi masih akan tumbuh baik di kuartal III tahun ini meskipun tidak sekencang di kuartal sebelumnya.
Namun, ia menekankan, penurunan aktivitas belanja masyarakat selama PPKM tidak akan sebesar pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Maret hingga April tahun lalu. “Kelihatannya terpengaruh oleh perubahan perilaku. Masyarakat sudah terbiasa berbelanja online,” ujar David.
Selain konsumsi, David menilai ekspor masih bisa diandalkan terutama karena kenaikan harga komoditas dan membaiknya perekonomian global. Menurut David, kenaikan harga komoditas tidak hanya akan meningkatkan ekspor tetapi juga menambah daya beli masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang menggantungkan perekonomiannya pada komoditas.
“Berbeda dengan tahun lalu, ekspor dan harga komoditas turun,” katanya.