Badai sitokin kembali menjadi topik segar di tengah masih merebaknya covid-19 di Indonesia, setelah presenter dan artis Indonesia Deddy Corbuzier mengaku mengalaminya belum lama ini.
Deddy Corbuzier mengatakan dirinya hampir meninggal karena Covid-19, sekaligus mengalami badai sitokin yang cukup dahsyat.
Dokter Spesialis Paru Erlang Samoedro pun membenarkan, aktivitas badai sitokin berlebih bisa menyebabkan organ rusak dan kondisi pasien cepat memburuk. Sitokin juga bisa menyerang siapa saja, khususnya yang mengalami peradangan, akibat tubuh telah masuk virus ataupun bakteri.
"Badai sitokin keluar ketika kita terpapar infeksi, itu adalah proses peradangan, sebagai bagian dari respon tubuh atas ancaman. Ancamannya misalnya Covid-19 atau baktei, virus," kata dia dalam Katadata Forum Virtual Series 'Apa itu Badai Sitokin dan Bagaimana Gejalanya?', Jumat (3/9).
Ia menyebut, pada kasus Covid-19, jika badai sitokin keluar maka organ yang umumnya rusak adalah paru-paru. Namun demikian, selain paru-paru juga dapat menyerang ginjal hingga pengentalan darah dan tentu meningkatkan risiko pada kematian.
"Pada kondisi normal saja sitokin bisa tinggi, apalagi komorbid. Normal saja sudah ada timbulkan peradangan sendiri atas sakitnya itu. Apalagi tambah sakit lain, itu otomatis bisa tambah peradangan. Peradangan lebih tinggi itu timbulkan kematian," ucapnya.
Erlang pun menjelaskan, terapi maupun pengobatan pasien dengan badai sitokin sampai saat ini masih dalam penelitian. Belum ada obat yang bisa dianggap menyembuhkan suatu penyakit 100%.
Namun demikian, lanjut dia, dokter pada umumnya akan memberikan pengobatan sesuai gejala yang timbul. Serta juga bisa memberikan obat antivirus maupun antiperdangan.
"Obat-obat ada, tapi kita enggak bisa jamin 100%, karena itu semua balik lagi ke respon tuhuh. Obat-obat selama ini suportif saja, hanya membantu, tapi belum ada handle 100% sembuh," ungkap Erlang.
Ia pub menyarankan masyarakat agar segera mau divaksin. Ia menilai, dengan divaksin maka tubuh akan mulai bekerja memperkenalkan sistem kekebalan tubuh pada virus corona.
Menurut dia, dengan divaksin memang tidak menyebabkan seseorang bisa terhindari dari infeksi Covid-19, tetapi bisa melengkapi tubuh untuk bisa melawan infeksi virus di kemudian hari.