Setelah menunggu hampir 20 bulan, pembangunan konstruksi Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Jakarta akhirnya selesai. Terowongan ini menyatukan dua bangunan ikonik di Jakarta sekaligus jamaah dari dua agama yang berbeda, Islam dan Katolik.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, terowongan bawah tanah dipilih sebagai penghubung antara dua rumah ibadah ini dikarenakan faktor keamanan dan keselamatan. Nantinya, terowongan itu ditujukan untuk memfasilitasi ruang parkir bagi jamaah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta.
Terowongan Silaturahmi dibangun dengan panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,1 meter dengan total luas terowongan area tunnel 136 m2 dengan total luas shelter dan tunnel 226 m2.
"Ada tiga alternatif sebetulnya bisa jembatan penyeberangan, tapi kan terlalu curam, atau dengan yang lain, kita pilih terowongan yang lebih aman," kata Basuki dalam keterangan resminya, Rabu (22/9).
Selain faktor keamanan pengguna, Terowongan Silaturahmi juga dibangun dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan bangunan. Ia mengatakan, karena kedua bangunan rumah ibadah tersebut sudah sangat tua dan merupakan cagar budaya, sehingga konstruksi yang dibangun harus benar-benar dipastikan aman.
Istiqlal yang merupakan salah satu masjid terbesar di dunia dan kebanggaan Umat Islam Indonesia dibangun pada era Presiden Soekarno pada tahun 1961. Adalah arsitektur Frederich Silaban yang merancang bangunan berkapasitas 200.000 jamaah tersebut.
Sementara itu, Gereja Katedral resmi digunakan pada 1901. Gereja kebanggan Umat Katolik Indonesia tersebut dibangun dengan arsitektur neo-gotik. Gereja ini pernah menjadi korban pengeboman pada saat Malam Natal tahun 2000.
Terowongan Silaturahmi ini tersambung dengan basement parkir lantai 1 di Masjid Istiqlal yang dapat menampung 500 unit mobil. Kehadiran terowongan ini diharapkan dapat memudahkan jemaah kedua rumah ibadah ini untuk menggunakan lahan parkir secara bersama.
Sebagai mana diketahui, Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral hanya dipisahkan sebuah jalan kecil. Karena letaknya yang berdekatan, di beberapa kesempatan, jamaah dari Masjid Istiqlal ataupun Gereja Katedral saling bergantian menggunakan tempat mereka untuk parkir.
Sikap yang saling mau membantu inilah yang kerap dilambangkan sebagai bentuk silaturahmi dan kebhinekaan Indonesia sesungguhnya.
“Kalau Jumat bisa digunakan jamaah Masjid Istiqlal, hari Minggu bisa digunakan jemaat Gereja Katedral Jakarta sehingga kita butuh terowongan. Untuk itu dinamakan Terowongan Silaturahmi, saling memberikan pertolongan untuk kebutuhan masing-masing,” kata Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti.
Pembangunan terowoangan memakan anggaran Rp 37,3 miliar dan proyeknya digarap bersama antara PT Waskita Karya, manajemen konstruksi PT Virama Karya dan perencana PT Yodya Karya.
Adapun, jarak terdekat pintu masuk terowongan dengan Gereja Katedral Jakarta yakni 32 meter, hal ini guna memastikan keamanan struktur Katedral. Sementara jarak terdekat terowongan dengan gerbang Masjid Istiqlal adalah 16 meter.
Arsitektur terowongan ini dibangun dengan gaya modern di mana eksteriornya menggunakan material transparan sehingga kecantikan desain Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang merupakan bangunan cagar budaya tidak terhalang.
Kemudian untuk interiornya dilengkapi dengan konsep desain pilar berulang yang menggunakan material marmer serta dilengkapi dengan railing sebagai simbol jabat tangan. Selain tangga, terowongan ini juga dilengkapi dengan ramp/lift/difabel lift untuk menunjang fungsi sebagai bangunan publik.
Di samping itu, Terowongan Silaturahmi akan dihiasi dengan galeri diorama yang menceritakan hubungan toleransi antar umat beragama di Indonesia.
Bentuk diorama ini akan tampil dalam bentuk relief maupun digital, di mana konten digitalnya dapat disesuaikan dengan tema yang ingin diangkat. Pada masing-masing pintu masuk, pengunjung juga akan diperlihatkan kutipan mengenai pentingnya silaturahmi baik dari sisi agama Islam maupun Katolik.
Terowongan ini dibangun atas arahan Presiden Joko Widodo dan akan menjadi ikon kebhinekaan melengkapi tempat ibadah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Di Balik Nama Terowongan Silaturahmi
Dilansir dari laman resmi kemenag.go.id, terowongan silaturahmi memberikan makna terhadap sesuatu yang sebenarnya fungsional, yakni mobilisasi jemaah dari Istiqlal ke Katedral atau sebaliknya bisa lancar. Tidak terhambat karena jalan raya yang menghubungkan dua lokasi ini terbilang padat dan sering macet.
Silaturahmi digambarkan sebagai semangat yang menghendaki adanya pendekatan ‘dari dalam dan di bawah permukaan’. Jika simbol umumnya bersifat lahiriah, semangat ini menekankan sisi dalam (inner side) dari wadah bangunan yang tampak.
Masjid dan Katedral adalah dua rumah ibadah umat yang berlainan agama. Keduanya bukan semata gedung sakral dengan arsitektur, seni, dan asesoris yang menghiasi secara khas dan kategorikal. Masjid dan Katedral adalah simbol sekaligus simpul yang menyatukan (titik temu) umat dalam peribadatan kepada Tuhan, Allah Yang Maha Esa. Tauhid. Monoteis.
Rumah ibadah bisa berbeda fungsi dan terpisah lokasinya, tetapi bertemu dalam satu tujuan yakni penyembahan, dan satu Tuhan; zat yang disembah melalui salat atau kebaktian dan ritual lainnya.
Dari sisi perkembangan peradaban, ada prinsip continuity and change. Di mana, Katedral yang memiliki sejarah panjang di Indonesia tetap dilestarikan dan tidak diubah arsitekturnya. Sementara Masjid Istiqlal dilakukan renovasi besar-besaran dan lanskapnya ditata ulang menjadi indah dan semakin kelihatan memesona.
Terowongan yang saat ini telah rampung dibangun dinilai dapat menghubungkan kemasalampauan dari seni dan arsitek Katedral dan kemasakinian sekaligus kemasadepanan dari citra Istiqlal yang modern.