Studi: Pasien Covid-19 Bergejala Parah Berpotensi Terkena Autoimun

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Petugas medis mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap melakukan tes usap pada pasien Covid-19 yang menunggu di pelataran untuk mendapatkan tempat tidur perawatan di IGD RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu, (23/6/2021). Sejak awal bulan Juni 2021 atau setelah libur lebaran hingga saat ini lonjakan pasien positif Covid-19 terus terjadi sehingga rumah sakit kewalahan dan kehabisan tempat perawatan.
24/9/2021, 16.12 WIB

Ancaman autoimun ternyata mengintai pasien Covid-19 dengan gejala parah. Ini lantaran virus bisa mengelabui sistem kekebalan seseorang untuk menyerang tubuhnya sendiri.

Pernyataan tersebut disampaikan peneliti dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Nature Communications. Studi yang dipimpin Dr. Paul Utz dari Universitas Stanford, Amerika Serikat itu membandingkan sampel darah 147 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit serta 41 sukarelawan yang sehat.

Dari hasil penelitian mereka, autoimun diidentifikasi pada sekitar 73 atau 50% dari total pasien corona. Sedangkan dari sukarelawan yang sehat, penyakit imun itu ditemukan pada 6 orang atau 15%.

Selanjutnya, peneliti mengambil sampel darah pada 48 pasien Covid-19 yang diambil pada hari yang berbeda untuk melacak perkembangan autoimun. Dalam sepekan, sekitar 20% pasien telah mengembangkan antibodi baru dalam tubuh mereka.

"Antibodi ini tidak ada pada hari mereka dirawat," kata Paul Utz seperti dikutip dari Reuters, Jumat (24/9).

Dari hasil penelitiannya, Utz mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi untuk mencegah Covid-19 memburuk. Apalagi pasien dengan gejala parah bisa memicu pembentukan autoimun.

"Anda dapat menghadapi masalah seumur hidup karena virus dapat memicu autoimunitas," katanya. Namun, ia belum mempelajari apakah autoimun tersebut bertahan dalam tubuh pada setahun hingga dua tahun kemudian.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika