Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengusulkan 10 destinasi wisata premium bahari yang masuk dalam Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN). Keberadaan wisata premium diharapkan bisa menggerakan sektor pariwisata tanpa harus merusak keasrian alamnya.
Ke-10 lokasi wisata premium tersebut adalah Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Anambas di Provinsi Kepuluan Riau, TWP Pulau Pieh di Sumatera Barat, TWP Kepulauan Kapoposang di Sulawesi Selatan, dan TWP Gili Matra di Nusa Tenggara Barat.
Enam lainnya adalah TWP Laut Banda di Maluku, TWP Padaido di Papua, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat & Waigeo di Papua Barat, SAP Kepulauan Aru di Maluku, dan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu di Nusa Tenggara Timur.
“Kami mengusulkan 10 lokasi wisata premium di KPPN. Diharapkan 10 lokasi ini bisa dijadikan lokasi wisata super super prioritas berbasis pesisir pulau-pulau kecil, utamanya wisata bahari, di bawah air” ujar Plt Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Pamuji Lestari dalam Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021 secara virtual, Selasa (28/9).
Berdasarkan keterangan KKP, TWP Kepulauan Kapoposang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi bila dibandingkan kawasan lain yang berada di perairan Selat Makassar. Spesies hiu ini telah lama terlihat di kawasan konservasi ini.
Sementara itu, Kepuluan Anambas memiliki 339 spesies yang hidup di sana. Di dalam kepulauan itu juga terdapat keragaman jenis karang Georgian yang hidup di kedalaman yang biasanya tidak ditemukan di ekosistem terumbu karang di lokasi lain.
Menurut KKP, TWP Padaido di Papua yang berada di Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu tempat yang memilliki keragaman hayati ekosistem koral terbesar di dunia. Disana terdapat pusat rehabilitasi terumbu karang sehingga potensi wisata bahari yang ada di kepulauan tersebut dapat tertata dengan baik.
Kepulauan Aru Laut memiliki posisi strategis sebagai daerah/habitat penyu di Indonesia. Menurut KKP, empat spesies penyu laut (Chelonia mydas, Eretmochelys imbricata, Lepidochelys olivacea, Caretta caretta) memiliki habitat di Kepulauan Aru. Laut Arafuru juga merupakan rumah bagi penyu hijau di Indonesia
Selain wisata premium, KKP telah lama mengembangkan desa wisata bahari. Sebanyak 15 kabupaten/kota di Indonesia telah mendeklarasikan sebagai Dewi Bahari pada 2021.
Desa Wisata tersebut berkomitmen untuk membangun desa pesisir menjadi kawasan destinasi wisata bahari unggulan berbasis masyarakat dan kearifan lokal. Hal ini juga dilakukan sebagai kontribusi terhadap pemulihan sektor pariwisata di masa pandemi ini.
Adapun 15 kabupaten/kota lokasi wisata bahari yakni, Nias Utara, Kubu Raya, Pesawaran di Lampung, Belitung, Buleleng, Blitar, Serang, Karawang, Kota Cirebon, Tegal, Kota Bima, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Barat dan Sumbawa.
“KKP akan mendukung penuh pengembangan wisata bahari untuk pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta membuka kesempatan usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar pesisir,” kata Pamuji.
Guna mengembangkan desa wisata bahari, KKP bermitra atau berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah/desa, BUMN, pihak swasta, dan pelaku wisata bahari.
Adapun jenis kemitraan yang dilakukan yaitu, pendampingan, peningkatan kapasitas, pengelolaan destinasi wisata, pemasaran, publikasi destinasi wisata, investasi, serta pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
“Kami mohon dukungan dari semua pihak, karena banyak potensi wisata bahari kita yang perlu kita dorong dan kolaborasikan bersama, sehingga bisa kita promosikan untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara,” katanya.
Oleh karena itu, dalam pengembangan destinasi wisata bahari, pemerintah mengedepankan keberlanjutan ekologis, sebab bentang alam dan sumber daya bawah laut dan pesisir menjadi modal penting untuk selalu dijaga kualitas dan kondisinya.
Selain itu, KKP juga turut mengupayakan pengembangan keragaman wisata dari pemanfaatan jasa lingkungan dan ekosistem kelautan dan perikanan untuk peningktaan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat desa.
“Dan yang terakhir adalah bagaimana kami juga turut melestarikan budaya masyarakat, termasuk pengembangan ekonomi lokal,” kata dia.
Pengembangan wisata bahari juga dilakukan melalui pemulihan ekosistem terumbu karang dan pesisir melalui padat karya. Pamuji memberikan contoh, pembangunan Indonesia Coral Reef Garden di Lombok Utara, dan wisata Edukasi Mangrove di Lombok Barat.
Lebih lanjut, tujuan akhir dari pengembangan destinasi wisata bahari ini adalah adanya peningkatan pendapatan usaha wisata masyarakat pesisir, peningkatan kualitas kawasan wisata, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan melalui program Eduwisata dan Responsible Tourism.
“Kami membuka izin seluas-luasnya bagi masyarakat yang ingin membuka lokasi wisata pesisir, karena kalau tidak izin kami akan lakukan pengawasan,” ujar dia.