Uji Klinis Menjanjikan, Molnupiravir Diyakini Mampu Lawan Covid-19

Antara
Obat eksperimental yang dikembangkan Merck, Molnupiravir. Foto: Antara
5/10/2021, 19.45 WIB

Sejumlah negara termasuk Indonesia mulai mendekati Merck untuk mendapatkan pasokan Molnupiravir. Ahli farmasi juga optimis  obat ini bisa efektif menjadi antivirus Covid-19.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Zullies Ikawati mengatakan, uji klinis yang dilakukan oleh Merck cukup menjanjikan. Obat ini bekerja dengan mengacaukan kode genetik virus agar tidak bereplikasi di tubuh inang.

"Karena dari hasil uji klinisnya, dia bisa menekan sampai 50% untuk pergerakan Covid-19," kata Zullies kepada Katadata.co.id Selasa (5/10).

Merck melakukan uji klinik terhadap 1.850 subjek, namun baru 775 yang sudah diteliti pada uji klinis fase 3. Subjek itu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penerima plasebo dan yang mengonsumsi Molnupiravir. Dosis yang digunakan terbagi menjadi tiga, yaitu 200 mg, 400 mg, dan 800 mg  dan diberikan dua kali sehari selama 5 hari.

Hasilnya, 7,3% subjek yang menerima Molnupiravir meninggal atau dirawat di rumah sakit. Sementara, 18% subjek yang menerima plasebo dirawat di rumah sakit atau meninggal dunia.

Zullies menilai hasil yang telah ada menunjukkan obat tersebut memiliki kerja yang bagus meskipun uji klinis belum selesai. Sedangkan Data and Safety Monitoring Board, yaitu tim ahli akan terus memantau perkembangan Molnupiravir. "Jadi uji klinis tidak harus selesai," ujar dia.

Selain Molnupiravir, ada Favipiravir dan Remdesivir sebagai obat antivirus Covid-19 yang telah mendapatkan persetujuan penggunaan darurat. Zullies memperkirakan, Molnupiravir sebanding dengan Favipiravir lantaran keduanya bekerja pada RNA-dependent polymerase.

Selain itu, keduanya sama-sama digunakan dalam rentang waktu lima hari. Namun, ia belum mengetahui dosis ideal penggunaan Molnupiravir sebagai alternatif pengobatan. 

Kedua obat juga bisa digunakan untuk pasien dengan gejala ringan-sedang. "Jadi Molnupiravir itu mirip Favipiravir. Hanya, Favipiravir membutuhkan loading dose," ujar dia. 

Sebelumnya Merck mengklaim Molnupiravir efektfif melawan Covid-19 varian Delta hingga Mu. Namun, Zullies belum bisa memastikan apakah obat tersebut efektif terhadap varian Covid-19 yang berpotensi muncul ke depan.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mulai mendekati beberapa perusahaan farmasi untuk mendapatkan obat untuk pasien Covid-19. Salah satu yang dijajaki adalah raksasa farmasi Amerika Serikat yakni Merck untuk mendapatkan Molnupiravir.

Tidak hanya Merck, Kemenkes juga sudah berupaya menghubungi perusahaan global lainnya seperti Eli Lilly hingga produsen obat Korea Selatan, Celltrion Inc.  "Jadi obat-obatan tersebut sudah kita approach pabrikannya dan beberapa telah merencanakan untuk mulai uji coba," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Senin (4/10).

Selain Indonesia, Thailand dan Malaysia juga telah menunjukkan minat untuk memborong obat ini. Menteri Kesehatan Negeri Jiran itu, Khairy Jamaludin beralasan Molnupiravir bisa menambah alternatif pengobatan corona di negaranya.

“Kami akan menambahkan opsi pengobatan baru sebagai senjata kami selain vaksin,” kata Khairy dikutip dari The Straits Times, Minggu (3/10).

Reporter: Rizky Alika