RI-Turki Sepakati Kerja sama Militer-Kesehatan, Ada Rencana Bebas Visa

ANTARA FOTO/REUTERS/Murad Sezer/AWW/dj
Murad Sezer Bulan purnama, dikenal dengan Bulan Serigala, muncul di belakang Masjid Selimiye dan Barak Selimiye di Istanbul, Turki, Kamis (28/1/2021).
Penulis: Maesaroh
13/10/2021, 11.33 WIB

Indonesia  dan Turki menyepakati kerja sama di sejumlah bidang seperti militer, kesehatan, ekonomi, dan pengakuan sertifikat vaksin Covid-19.

Kerja sama tersebut disepakati saat Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, 12 Oktober lalu. Retno juga melakukan kunjungan kehormatan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Di bidang kesehatan, kedua negara sepakat untuk memperkuat pengadaan bahan baku obat. Sebagai bagian dari itu, PT Kilang Pertamina menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi Turki Abdi Ibrahim.

"Tentu Pemerintah berharap agar kerja sama industri farmasi ini dapat memperkuat pemenuhan pasokan kebutuhan domestik dan dapat mengurangi impor bahan baku obat kita," tutur Retno, pada saat konferensi pers, Rabu (13/10).

 Baik Indonesia ataupun Turki juga sepakat mengembangkan kerja sama Mutual Recognition on Vaccine Certificates yang tertuang dalam Deklarasi Bersama kedua negara. Kerja sama tersebut meliputi:

1. Pengakuan bersama dan interoperabilitas sertifikat vaksin dan hasil test PCR kedua negara
2. Pengakuan serta penerimaan semua jenis vaksin yang telah mendapatkan Emergency Use Listing Procedure Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Emergency Use Authorization (EUA)dari instansi berwenang kedua negara
3. Penerapan protokol kesehatan bagi pelaku perjalanan kedua negara

Di bidang ekonomi, Turki dan Indonesia setuju untuk memfasilitasi hubungan bisnis kedua negara dengan aman serta terus memperhitungkan faktor kesehatan serta sepakat membentuk Travel Corridor Arrangement.

"Indonesia dan Turki sepakat untuk mempercepat perundingan Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA)," tutur Mantan Dubes RI untuk Belanda tersebut.

Indonesia telah mulai melakukan perundingan IT-CEPA dengan Turki pada tahun 2018 setelah diluncurkan pada tahun 2017. Perundingan difokuskan kepada perdagangan barang.

 Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, volume perdagangan Indonesia dan Turki pada Januari-Agustus mencapai US$1,32 miliar atau Rp18,88 triliun rupiah.  Ekspor Indonesia ke Turki mencapai US$1,05 miliar sementara impor sebesar US$269 juta.

Retno menjelaskan Turki merupakan mitra strategis Indonesia termasuk dalam kerja sama pertahanan. Menteri pertahanan kedua negara sudah beberapa kali bertemu untuk membahas sejumlah kerja sama.

Dia menambahan saat ini kedua negara sedang dalam proses finalisasi perjanjian kerjasama pertahanan untuk segera ditandatangani.

Salah satu kerja sama yang sangat potensial dan terus didorong adalah pengembangan bersama industri pertahanan, termasuk pengembangan bersama pesawat terbang dan produk tank skala kecil.

 Sebagai bagian dari penguatan kerja sama pertahanan, Indonesia dan Turki mulai membahas mekanisme konsultasi baru, di antaranya:

1. Pertemuan 2+2 antara Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Indonesia-Turki yang
dijadwalkan antara di akhir tahun ini atau di awal tahun depan
2. Pertemuan Tahunan Industri Pertahanan secara reguler
3. Pertemuan Dialog Militer.

Retno menambahkan Presiden Erdogan dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia pada tahun depan.

Dalam pertemuan dengan Menlu Turki, negara tersebut juga menyampaikan kebijakan baru untuk pemberian bebas visa bagi Warga Negara Indonesia (WNI)  yang akan berkunjung ke negara berjuluk Bulan Sabit tersebut.

"Kebijakan ini akan berlaku dalam waktu dekat. Jika sudah ada keputusan kapan akan mulai diberlakukan, kami akan sampaikan kepada publik," tuturnya.

Sebagai bukti eratnya persahabatan Turki-Indonesia, pemerintah Turki juga menganugerahkan nama jalan di depan kantor KBRI Ankara yang baru dengan nama Jalan Ahmet Soekarno.