Ingin Maju di Pilpres 2024, Muhaimin Harus Tingkatkan Elektabilitas

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) berjalan berdampingan dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu (kiri) saat silaturahmi kebangsaan di Kantor DPP PKB di Jakarta, Rabu (28/4/2021).
29/10/2021, 14.55 WIB

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dinilai harus fokus untuk meningkatkan elektabilitasnya jika ingin maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin mengatakan meski Muhaimin sebagai ketua umum partai memiliki peluang, PKB masih memiliki tugas untuk mendongkrak elektabilitasnya. Hal ini karena elektabilitas merupakan nilai jual bagi para calon presiden dan calon wakil presiden.

"Entah sebagai capres atau cawapres. Yang penting bisa maju dulu, soal kalah menang tergantung Tuhan dan rakyat yang memilih," ujar Ujang kepada katadata pada Jumat (29/10).

Hal senada juga disampaikan oleh Pengamat Politik Arif Nurul Imam. Dirinya menyampaikan Muhaimin harus membangun elektabilitasnya yang saat ini masih rendah. Muhaimin sebagai ketua umum memang sudah memiliki modal besar, tetapi hal itu harus didukung juga dengan kerja politik lainnya termasuk elektabilitas. PKB kemudian dinilai harus berkoalisi dengan partai lain untuk memperbesar potensi Muhaimin maju dalam kontestasi.

"Hal ini karena syarat maju Pilpres mesti mendapat dukungan 20% parpol, sementara jika maju sendiri tidak mencukupi. Jadi berkoalisi adalah keharusan," ujar Arif kepada katadata.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyampaikan bahwa Muhaimin dan PKB harus mampu menggalang dukungan dari partai politik (parpol) lain khususnya yang berafiliasi pada pemilih beragama Muslim seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Dari koalisi tersebut ada kemungkinan untuk dibentuknya poros santri dengan PKB sebagai pemimpin koalisi.

"Tetapi, jika gagal membentuk poros itu, PKB masih mungkin untuk merangsek kesempatan sebagai pengusung Cawapres, meskipun tetaap saja harus mampu meyakinkan Parpol menengah atas dalam koalisi," ujar Dedi kepada katadata.

Dedi juga menjelaskan jika poros tersebut tidak terbentuk atau terbentuk tetapi tidak didominasi oleh kelompok yang berafiliasi Islam, maka akan sulit bagi partai untuk menawarkan tokohnya dalam kontestasi. Jika partai-partai yang berbasis Islam terpecah, maka akan sulit bagi partai-partai tersebut untuk menawarkan tokohnya.

Namun, Dedi menyampaikan bahwa beban yang dipikul PAN lebih ringan. Hal ini karena dalam porsi di parlemen, PAN tidak begitu menonjol seperti PKB sehingga PAN akan mungkin berkoalisi dengan siapapun terlepas apakah basisnya adalah poros islam atau tidak.

Halaman:
Reporter: Nuhansa Mikrefin