Adaro Bantah Ambil Keuntungan dari Tes PCR Melalui PT GSI

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Petugas kesehatan melakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR) COVID-19 pada warga di Jakarta, Selasa (2/11/2021).
Penulis: Maesaroh
4/11/2021, 18.09 WIB

PT Adaro Energy membantah jika mereka mengambil keuntungan dalam pengadaan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Keterlibatan mereka merupakan bentuk layanan sosial karena ingin membantu pemerintah dalam penanganan Covid-19.

Sebagaimana diketahui, nama Adaro terseret dalam isu perputaran bisnis tes PCR. Nama Adaro kemudian menyeret Menteri BUMN Erick Thohir mengingat Adaro dipimpin kakak Erick yakni Garibaldi.

Adaro menjelaskan mereka melalui Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) bersama sejumlah perusahaan & yayasan binaan perusahaan menginisiasi berdirinya GSI Lab yang dikelola PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).

Dukungan Adaro kepada PT GSI merupakan peran aktif mereka dalam membantu pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19.

"Tanpa adanya niat mencari keuntungan bisnis. Ini karena tidak seperti bentuk badan hukum lainnya,"tulis Adaro dalam keterangan yang diterima Katadata, Kamis (4/11).

"Yayasan dilarang untuk membagikan keuntungan atau bentuk dividen kepada siapa pun, termasuk pengurus, pembina dan pendirinya, namun hanya untuk menjalankan program-program sosial berikutnya,"tutur Adaro.

Adaro menjelaskan GSI Lab dibentuk pada April 2020, sebagai bentuk dukungan percepatan penanganan COVID-19.

Menurut mereka, GSI Lab juga hadir sebagai kewirausahaan sosial untuk memberikan alternatif pengujian PCR yang terjangkau dan terjamin mutunya.

 "Para shareholders GSI Lab berkomitmen untuk mencurahkan mayoritas dari keuntungan yang ada guna mengembangkan kekuatan sektor kesehatan Indonesia,"kata Adaro.

GSI Lab kemudian membagikan PCR swab gratis kepada masyarakat Indonesia yang membutuhkan, yakni masyarakat kurang mampu dan petugas garda terdepan (frontliners) yang memiliki resiko tinggi terpapar.

Selain itu, GSI Lab juga memiliki program sosial yang aktif membantu Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan test Whole Genome Sequencing (WGS) gratis.

Tes ini untuk mendeteksi dan melakukan surveillance terhadap varian-varian SARS-CoV-2 yang beredar di Provinsi DKI Jakarta dan di seluruh Indonesia.

 Selain itu, komitmen Adaro dalam penanganan Covid-19 diwujudkan melalui program ”Adaro Berjuang untuk Indonesia yang dimulai sejak bulan Maret 2020”.

Hingga Oktober 2021 Adaro telah memberikan bantuan senilai total Rp 88,6 miliar.

Dukungan yang diberikan Adaro antara lain berupa bantuan Rp22,75 miliar kepada BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) selaku Koordinator Gugus Tugas Percepatan Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19) pada tahun 2020 dan 2021.

Bantuan lain adalah membangun fasilitas laboratorium PCR serta kelengkapan rumah sakit perawatan pasien COVID-19 termasuk ICU juga bantuan armada 28 unit ambulans khusus bagi pasien COVID-19 senilai Rp 20,8 miliar.

 Selain Erick dan Adaro, PT GSI juga menyeret nama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Luhut sudah membantah tudingan bahwa pihaknya mengambil keuntungan pribadi dari bisnis  tes PCR  yang dijalankan PT GSI.

 Juru Bicara Menko Luhut, Jodi Mahardi menerangkan, partisipasi yang diberikan melalui PT Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekannya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain untuk membantu penyediaan fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar.

Beberapa nama pejabat muncul dalam isu perputaran bisnis tes PCR menyusul adanya perubahan terus menerus dari kebijaakn PCR.
Sejumlah pihak menduga ada pihak-pihak yang diuntungkan dari bisnis tes PCR.

ICW bersama dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, LaporCovid-19, dan Lokataru bergabung membentuk Koalisi Masyarakat Sipil untuk Kesehatan dan Keadilan.

Mereka menuntut pemerintah untuk membuka secara jelas arah dari kebijakan PCR serta perputaran bisnis tes PCR.