Cek Fakta: Benarkah Vaksin Sinovac di Indonesia Masih Uji Coba?

123RF.com/Lightfieldstudios
Ilustrasi vaksin Covid-19.
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
12/11/2021, 15.07 WIB
 

Vaksinasi Covid-19 sudah berjalan hampir setahun. Namun, kabar hoaks  terhadap program ini masih terus terjadi. 

Di media sosial pesan tersebut kerap beredar. Contohnya, pesan di media sosial Twitter pada akhir bulan lalu. Di dalamnya tertulis soal vaksin asal Tiongkok, Sinovac, yang dipakai di Indonesia masih dalam tahap uji coba.

Dengan kata lain, menurut narasi tersebut, masyarakat hanya menjadi subjek uji coba vaksin Sinovac. Pesan itu bermula dari cuitan @LtdAkbar pada Senin (25/10) lalu. Isinya sebagai berikut:

"Kl masih Clinical Trial, orang yg diuji harus dikasih tau segala hal ttg bahan uji (konsekwensinya). Dijelaskan kemungkinan2nya.
Jangan promo produk spy org mau jd bahan percobaan tp kl ditanya hal yg ditimbulkan,jwb: 
Lihat aja di laman FDA.
Nyawa anak orang itu bro!"

Cuitan ini ditanggapi dengan 14 balasan, 51 retweet, dan 93 suka. Salah satu yang menjadi perhatian adalah tanggapan @cebonginsaf3 dengan narasi:

""Only for clinical trial
Apa seperti ini gambarannya?
#StopPaksaVaksin"

Narasi serupa sebenarnya sudah pernah muncul pada Januari 2021. Hasmuliadi Karkun melalui laman Facebook pribadinya mengunggah foto yang sama dengan @cebonginsaf3 dan menuliskan:

"Coba perhatikan kemasan Vaksin Sinovac Covid-19 yang akan di suntikkan kepada warga.
Jelas bertuliskan "Only for clinical trial" (Hanya untuk uji coba klinis alias untuk kelinci percobaan).
Dan perhatikan "Composition and Description" yaitu berasal dari vero cell atau berasal dari jaringan kera hijau Afrika (Jelas tidak halal), kemudian mengandung Virus hidup yang dilemahkan, dan mengandung bahan dasar berbahaya (Boraks, formaline, aluminium, merkuri, dll). Belum lagi yang tidak tertulis pada kemasan yaitu tidak ada jaminan tidak tertular penyakit setelah di vaksin dan tidak ada jaminan atau kompensasi dari perusahaan Sinovac jika terjadi cedera vaksin atau KIPI pada korban Vaksin.
Sumber yang membahas efek samping vaksin Sinovac Covid-19:
Hasil keterangan FDA klik
https://www.fda.gov/media/143557/download…
Hasbunallah wani'mal wakiil."

Infografik_Stempel WHO untuk Vaksin Sinovac (Katadata)

Penelusuran

Kedua unggahan tersebut menggunakan satu foto yang sama. Hasil penelusuran Cek Fakta Katadata.co.id menemukan, gambar ini adalah tangan dari Dokter Gustavo Romero dari University of Brasilia yang memegang vaksin uji klinis Sinovac di Brasil. 

Foto ini diambil oleh Eraldo Peres dari kantor media Associated Pers dan digunakan oleh Washington Post. Isi beritanya adalah:

"Dr. Gustavo Romero dari Rumah Sakit Universitas Brasilia, bagian Penyakit Tropis, menunjukkan kepada awak media vaksin eksperimental dari Sinovac Biotech buatan Tiongkok untuk virus corona baru sebelum diberikan kepada sukarelawan di Brasilia, Brazil, pada hari Rabu."

Artikel tersebut adalah opini dari Stephen M. Hahn, komisioner dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat yang terbit pada 5 Agustus 2020. 

Dalam opininya, Stephen berargumen kesuksesan vaksin Covid-19 bergantung pada uji klinis yang dilakukan secara global. Adanya diversitas terhadap subjek pengujian akan meningkatkan kesuksesan vaksin ini. 

Dari uji klinis tersebut, maka dapat ditentukan kandidat vaksin yang memiliki potensi terbaik untuk memberikan perlindungan dari virus, efek sampingnya, dan ketahanannya.

Foto kemasan yang diunggah ini tentu tidak berhubungan dengan vaksin Sinovac yang ada di Indonesia, sebab foto ini digunakan pada uji klinis yang dilaksanakan di Brazil. 

Kemasan vaksin Sinovac yang tersebar di Indonesia tidak sama dengan foto tersebut. Vaksin yang beredar saat ini diproduksi oleh Bio Farma dengan nama Covid-19 Vaccine. Berikut foto kemasannya:

 
 
Vaksin Sinovac.
 
 
 
 
 

Dalam pengembangan vaksin, ada tiga tahap uji klinis yang harus dilakukan. Tahap pertama untuk menguji keamanan vaksin. Kedua, menguji keamanan, range dosis serta efikasi. Terakhir, menguji keamanan dan efikasi.

Indonesia memulai uji klinis tahap ketiga sejak Agustus 2020 pada 1.620 relawan di Bandung. Pengujian ini rampung lima bulan kemudian. 

Uji klinis ini membuahkan hasil yang baik hingga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA) untuk vaksin Sinovac. 

Dengan terbitanya izin tersebut, vaksin Sinovac sudah dapat dipergunakan secara massal di Indonesia. Kepala BPOM, Penny K Lukito menjelaskan, "Izin Penggunaan Darurat ini ditandai dengan adanya nilai efikasi (kemanjuran) setara dengan 65,3% yang diambil dari laporan interim tiga bulan pasca suntikan kedua dari uji klinis fase tiga." 

Nilai efikasi tersebut sudah melewati syarat vaksinasi massal yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 50%. Angka 65,3% artinya vaksin Sinovac manjur untuk menekan angka kejadian Covid-19 hingga 65,3%.

Kesimpulan

Pesan yang beredar soal vaksin Sinovac yang dipakai dalam program vaksinasi Covid-19 masih dalam tahap uji coba adalah keliru. Vaksin tersebut sudah melewati tahap akhir pengujian dan mendapat izin penggunaan darurat dari BPOM.

Selai itu, foto kemasan vaksin Sinovac yang beredar tersebut pun keliru. Foto itu merupakan produk pengujian di Brasil pada pertengahan 2020, bukan yang saat ini beredar di Indonesia.  

Reporter: Amelia Yesidora

Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan