Pemerintah memperkirakan Covid-19 masih akan berada di Indonesia untuk beberapa waktu ke depan. Oleh sebab itu mereka menyiapkan skenario munculnya gelombang baru kasus positif corona.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memprediksi kemungkinan kasus aktif bisa melebihi 400 ribu orang. Sebagai perbandingan, hingga Kamis (18/11) kasus aktif corona Indonesia sebesar 8.315 orang.
"Tidak akan setinggi kemarin (gelombang kedua) tapi kemungkinan kita bisa mencapai kasus aktif lebih dari 400 ribu," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Nasional Sonny Harry dalam webinar, Jumat (19/11).
Perkiraan kasus aktif tersebut lebih rendah dibandingkan gelombang kedua pandemi pada Juni dan Juli lalu. Saat itu, kasus aktif tertinggi terjadi pada 23 Juli yaitu 569.901 kasus aktif.
Namun, perkiraan kasus aktif oleh BNPB lebih tinggi dibandingkan gelombang pandemi pertama pada Februari lalu. Pada saat itu, kasus aktif tertinggi mencapai 176.672 orang pada 5 Februari.
Sonny mengatakan, skenario yang disusun terdiri dari lonjakan kasus dalam jumlah sedikit, moderat, dan tinggi. Namun, ia tidak memerinci masing-masing skenario tersebut.
Ia pun mengatakan perlu upaya bersama untuk penanganan pandemi. Hal ini dilakukan dengan mengubah nilai dan kepercayaan yang diyakini masyarakat terkait perilaku kesehatan.
Perubahan tersebut harus diikuti dengan upaya membangun norma sosial seperti kebiasaan mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. "Kalau hanya perubahan perilaku sebagai pengetahuan, dia tidak akan melaksanakan perubahan ketika di lingkungan yang tidak taat," ujar dia.
Sementara, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Suprapto mengatakan saat ini masih terjadi disparitas terkait penanganan Covid-19.
"Kesenjangan antarwilayah terkait cara, metode, dan kegiatan Covid-19 mengalami kesenjangan luar biasa," ujar dia.
Kesenjangan juga terjadi pada vaksinasi nasional. Pada 19 November, vaksinasi dosis kedua di Jakarta sudah mencapai 106,2%, sementara vaksinasi dosis kedua di Aceh baru mencapai 18,7% dari total penduduk.
Oleh sebab itu Agus berharap kesenjangan tersebut perlu ditekan agar status epidemi bisa tercapai di Indonesia. "Kalau tidak, kita terus dalam ancaman Covid-19," ujar dia.