Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, menghadiri KTT ke-13 ASEM (Asia Europe Meeting) secara virtual pada 25-26 November ini. Dalam pertemuan tersebut, Jokowi meminta negara Asia dan Eropa mencermati perkembangan yang terjadi di Afganistan.
Berbicara pada Sesi Retreat KTT ASEM ke-13, Jokowi mengingatkan akan semakin memburukanya situasi di Afganistan.
"Saat ini, pemerintahan inklusif belum terwujud. Situasi kemanusiaan memburuk. Sekitar 23 juta rakyat Afghanistan terancam krisis pangan. Bantuan kemanusiaan menjadi prioritas. Kami berkomitmen memberikan bantuan, termasuk untuk bantuan kapasitas," ujar Presiden Jokowi, seperti dikutip dari Antara.
Seperti diketahui, Afganistan kini kembali dipimpin Taliban setelah Taliban menguasasi istana kepresidenan yang ditinggal kabur Presiden Ashraf Ghani pada pertengahan Agustus 2021.
Koalisi yang dipimpin Amerika Serikat juga telah meninggalkan negara tersebut pada akhir Agustus 2021.
Ancaman kelaparan melanda Afganistan karena pemerintahan Taliban menghadapi kesulitan ekonomi, salah satunya karena negara-negara Barat ataupun Bank Dunia serta Dana Moneter Internasional (IMF) menghentikan penyaluran dana.
"Pak Presiden mendorong mitra ASEM untuk memberikan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Afghanistan. Indonesia sendiri juga berkomitmen untuk memberikan bantuan kemanusiaan termasuk peningkatan kapasitas di Afganistan," tutur Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam konferensi pers, Jumat malam (26/11).
Selain ancaman krisis kemanusiaan, Jokowi juga menyoroti isu pemberdayaan manusia serta pentingnya peran ulama di Afganistan.
Retno mengatakan Indonesia ingin berkontribusi agar janji Taliban mengenai penghormatan hak-hak perempuan dapat dipenuhi.
Menurutnya, Indonesia siap memanfaatkan Indonesia-Afganistan Women Solidarity Network untuk kerja sama pemberdayaan perempuan.
"Indonesia juga siap memberikan beasiswa pendidikan bagi para perempuan Afghanistan," tutur mantan Dubes RI untuk Belanda tersebut.
Dalam KTT ASEM, Presiden Jokowimenyampaikan kesiapan Indonesia untuk melanjutkan komunikasi dengan berbagai pihak untuk penanganan isu Afganistan.
Juga, akan terus memberikan komitmen untuk membantu rakyat negara tersebut.
Dalam Retreat, Presiden Jokowi juga menyampaikan pentingnya kerja sama antara ulama dalam menyelesaikan persoalan di Afganistan.
Menurut presiden, ulama memiliki peran dan kedudukan penting di masyarakat Afganistan.
Retno menjelaskan pada tahun 2018, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan Trilateral Ulama’s Meeting antara ulama-ulama Afganistan-Pakistan-Indonesia yang pada saat itu ditujukan untuk mendukung proses perdamaian.
"Indonesia siap memfasilitasi dialog antara ulama termasuk ulama Afganistan," kata Retno.
KTT ASEM dihadiri pemimpin dari 50 negara anggotanya. Hadir juga Presiden Dewan Eropa, Presiden Komisi Eropa dan Sekretaris Jenderal ASEAN.
ASEM merupakan forum “jembatan” yang menghubungkan Asia dan Eropa. Anggota ASEM mencakup 65% perekonomian dunia dan 55% perdagangan dunia.
Di luar persoalan Afganistan, di KTT ASEM, Presiden Jokowi juga menyoroti masih lebarnya kesenjangan vaksinasi antar negara.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut mengatakan 64,99% populasi negara kaya telah menerima 1 dosis vaksin, sedangkan negara miskin baru 6,48%.
Dengan melihat kondisi tersebut, diperkirakan hampir 80 negara tidak akan dapat mencapai target vaksinasi 40% populasinya di akhir tahun 2021.
Namun, pada saat yang sama, lebih dari 100 juta dosis vaksin di negara G7 tidak terpakai dan kadaluwarsa.
“Dalam pertemuan ini saya mengajak kita semua mengubah situasi ini. Target vaksinasi WHO harus dicapai semua negara. Untuk itu, dose-sharing harus digalakkan, produksi vaksin dinaikkan, dan kapasitas penyerapan negara penerima vaksin ditingkatkan,” tutur Presiden, seperti dikutip dari Presidenri.go.id.