Pakar ilmu kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama optimistis pandemi Covid-19 dapat lebih terkendali pada 2022. Optimisme ini dipengaruhi perkembangan vaksinasi yang sudah menjangkau banyak masyarakat dunia.
"Akan makin banyak penduduk bumi dan juga kita di Indonesia yang sudah maupun akan mendapat vaksinasi Covid-19 pada tahun ini, walaupun tentu tidak sepenuhnya merata di seluruh dunia," kata Tjandra Yoga Aditama seperti dikutip Antara, Minggu (2/1).
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan 70% penduduk dunia sudah mendapatkan vaksin yang memadai pada pertengahan 2022. Sedangkan untuk Indonesia, cakupannya akan lebih dari itu.
Menurutnya, vaksinasi memadai yang dibarengi penerapan protokol kesehatan, akan efektif mengurangi kemungkinan tertular. Setidaknya ini akan mengurangi kemungkinan jatuh sakit berat dan kematian.
Selain itu, vaksinasi juga akan mengurangi penularan di masyarakat, sehingga situasi epidemiologi di dalam negara dan antarnegara dapat lebih terkendali. "Dengan terbatasnya penularan di masyarakat, maka kita dapat berharap bahwa kemungkinan terjadinya mutasi baru dapat lebih kecil," katanya.
Vaksinasi Tanpa Suntik
Tjandra berharap akan makin banyak varian obat Covid-19 oral yang dapat digunakan pada 2022, misalnya Molnupiravir buatan Merck dan juga Paxlovid buatan Pfizer yang sebagian sedang diupayakan ada di Indonesia.
Tahun ini kedua obat tersebut akan makin banyak diproduksi luas dan digunakan di dunia. Selain itu, dia juga berharap akan ada lagi obat Covid-19 yang mungkin juga akan ditemukan dan digunakan di dunia, baik yang suntikan maupun yang oral.
Tjandra mengatakan mulai tahun ini akan ada jenis vaksin baru yang lebih mudah digunakan, tanpa suntikan. Misalnya berbentuk inhalasi atau oral dan lainnya.
"Penelitian sudah dimulai dan memang sampai akhir tahun 2021 belum ada produk yang sudah selesai, tetapi kita dapat berharap akan ada produk akhir di tahun 2022 ini," katanya.
Selain itu, kata Tjandra, akan muncul vaksin dengan efikasi yang lebih baik berdasarkan modifikasi atau teknologi platform yang baru.
Optimisme Tjandra lainnya adalah cara diagnosis penyakit yang lebih mudah sesuai perkembangan teknologi diagnostik yang ada. Setidaknya akan ada metode pengambilan sampel yang lebih nyaman serta berbagai alat diagnosis yang dapat digunakan di rumah juga mulai digunakan di banyak negara. Harapannya juga bakal tersedia di Indonesia.
Berdasarkan pengalaman tantangan berat di tahun 2020 dan 2021, kata Tjandra, diharapkan dunia dapat meningkatkan kolaborasi dalam menjaga kesehatan dunia pada 2022. Dalam hal ini, Indonesia yang memegang Presidensi G20 jelas punya peran amat besar, untuk memimpin tata ulang arsitektur kesehatan global.
Dia menilai Indonesia punya pengalaman panjang dalam diplomasi kesehatan internasional. Hal ini akan memberi peran penting bagi kesehatan dunia dan akan mengharumkan nama bangsa dan negara.