Gempa dengan magnitudo 6,6 di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, akhir pekan lalu (14/1) mengakibatkan 1.909 rumah rusak. Jumlahnya terus bertambah.
"Meningkatnya jumlah rumah rusak itu sebanyak lima unit (dibandingkan Sabtu) " kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Pandeglang Girgi Jantoro, di Pandeglang, dikutip dari Antara, Minggu (16/1).
BPBD Pandeglang terus melakukan pendataan rumah warga yang mengalami kerusakan akibat gempa 6,6 skala richter (SR) tersebut.
Girgi menyampaikan, pendataan rumah yang rusak akibat gempa itu harus benar- benar akurat dan valid. Dengan begitu, mereka yang menerima bantuan dapat tepat sasaran.
Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Pemerintah Provinsi Banten dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) akan memberikan bantuan atas kerusakan rumah hingga pembangunan hunian tetap (huntap).
Oleh karena itu, BPBD setempat melibatkan aparatur kecamatan, desa dan relawan dalam mendata rumah yang rusak akibat gempa di Banten.
Berdasarkan data yang diterima BPBD Pandeglang per Pukul 12.00 WIB, ada 1.909 rumah yang mengalami kerusakan akibat gempa. Sebanyak 1.148 unit kategori rusak ringan, 424 sedang, dan 337 berat.
Selain itu, 36 gedung sekolah, 14 puskesmas, 10 masjid, tiga kantor desa rusak akibat gempa di Banten.
"Kami meyakini bahwa data kerusakan rumah itu akan terus bertambah dan belum semua dilaporkan," katanya.
Menurut dia, bencana gempa bumi yang berpusat di Perairan Sumur Kabupaten Pandeglang cukup besar dan kuat. Getarannya pun dirasakan di berbagai daerah, seperti Jakarta, Bogor, Bandung hingga Lampung.
BPBD belum menerima laporan korban jiwa. Namun ada beberapa warga yang mengalami luka -luka akibat tertimpa bangunan rumah.
Dengan demikian, BPBD tetap meminta masyarakat mewaspadai potensi bencana alam susulan. "Kami tetap mengutamakan pelayanan kebutuhan dasar agar korban gempa merasakan kenyamanan dan perlindungan, juga tidak mengalami kerawanan pangan,” katanya.