Perjuangan Tuanku Imam Bonjol, Pahlawan Nasional dari Sumatera Barat

ikpni.or.id
Ilustrasi, Tuanku Imam Bonjol
Editor: Agung
17/3/2022, 13.38 WIB

Masa ketiga perang Padri (1830-1838), kemudian perlawanan kaum Padri bertambah. Tahun 1833, akhirnya kaum Adat dan kaum Paderi bersatu untuk melawan Belanda. Akibat perjanjian dengan Belanda, kaum Adat menyadari kerugian dan dampak masyarakat Minangkabau.

Belanda melakukan penyerangan dan mengepung benteng kaum Padri. Mengutip dari banjarnegarakab.go.id, penyerangan Belanda ke benteng Kaum Padri sekitar 6 bulan (16 Maret17 Agustus 1837).

Benteng yang dibuat kaum Padri merupakan bangunan yang dibuat dari tanah liat. Sementara sekelilingnya dibangun parit-parit.

Pemerintah Kolonial Belanda sampai 3 kali mengganti komandan perang untuk mengalahkan Tuanku Imam Bonjol. Akhirnya Gubernur Jendral Johannes van den Bosch, melakukan perjanjian dengan kaum Padri, melalui Perjanjian Masang.

Perjanjian Masang adalah perjanjian perdamaian antara Belanda dan kaum Padri, tahun 1824. Namun, perjanjian tersebut dilanggar oleh Belanda sendiri.

Belanda kemudian menguasai benteng yang dibuat kaum Padri, pada 16 Agustus 1837. Akhirnya Tuanku Imam Bonjol menyerah pada Belanda bulan Oktober 1837.

Tuanku Imam Bonjol kemudian ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian Tuanku Imam Bonjol dipindahkan ke Ambon, sampai ke Lotta, Minahasa, dekat Manado.

Akhirnya Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia pada 8 November 1864. Beliau dimakamkan di tempat pengasingannya.

Halaman: