Mengenal Terapi Cuci Otak Terawan Yang Membuatnya Dipecat IDI

ANTARA FOTO/Humas Kementerian Kesehatan/aaa/wsj.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kiri) memberikan jamu dari Presiden Joko Widodo kepada pasien positif COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Senin (16/3/2020).
26/3/2022, 10.44 WIB

Terawan bertindak lebih jauh dengan metode DSA itu. Tidak hanya menyuntikkan cairan kontras, metode ‘cuci otak’ Terawan juga memasukkan heparin ke dalam pembuluh darah. Ini merupakan obat khusus yang berfungsi mengencerkan darah.

Terawan mengerjakan penelitian ini sebagai disertasi program doktoral untuk melihat dampak heparin terhadap pasien stroke iskemik. Menurut hipotesis Terawan, memasukkan heparin ke dalam pembuluh di otak bisa meningkatkan aliran darah hingga 20% dalam jangka waktu 73 hari. 

Mengutip Tirto.id, sejumlah figur publik pernah mencoba metode ini. Salah satunya adalah mantan Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek pada 2014 silam. Namun, setelah menjalani metode tersebut, kondisi Awang tak kunjung membaik. 

Metode DSA ala Terawan membuatnya dihujat oleh banyak koleganya di dunia kedokteran. DSA sebelumnya memang hanya digunakan untuk mendeteksi penyakit, bukan mengobati seperti yang dilakukan Terawan.

Selain itu, PB Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI juga menganggap terapi ‘cuci otak’ Terawan belum terbukti secara klinis sehingga berpotensi membahayakan pasien. MKED pun akhirnya memberikan rekomendasi sanksi kepada Terawan atas metodenya tersebut. 

Halaman:
Reporter: Rezza Aji Pratama